Ada cerita khusus yang ingin saya bagikan dalam perjalanan JENESYS di Fukuoka, yaitu tentang jilbab. Saya sempat teringat cerita teman saya yang beberapa hari stay di Korea. Suatu hari, ia dan temannya dihampiri bapak-bapak, lalu kira-kira bilang begini (in Korean) "Kamu, ini nih (menunjuk jilbab mereka) bukan bagian dari kami (orang korea), pulang sana pulang". Iya sarkas banget sih emang. Selama ini, saya tidak pernah terpikir akan menemui orang-orang seperti itu, dan alhamdulillah, selama di Fukuoka pengalaman berjilbab menjadi episode menarik untuk diceritakan.
Sebelumnya, saya bercerita tentang pengalaman homestay di Asakura, Fukuoka. Dalam cerita tersebut, salah satunya tentang keluarga tetangga Okaa san yang makan malam di rumah dan kami memasak untuk mereka. Tentang mereka yang juga menonton saya shalat isya. Yang menjadikan shalat isya malam itu adalah salah satu unforgettable moment seumur hidup.
Ceritanya, setelah selesai adegan sholat isya, lalu kami kembali berkumpul diruang tengah. Ada satu kisah menarik lainnya ketika kami ngobrol. Kami bilang pada mereka, kira-kira begini "Silahkan kalau ada yang mau tanya-tanya tentang Indonesia". Dan di antara begitu banyaknya pertanyaan, mereka bertanya tentang hijab. "Apakah semua orang Indonesia memakai yang kamu pakai (nunjuk jilbab kami)??" Kenapa tidak semua orang Indonesia memakainya? apakah itu gerah? kenapa memakai hijab? apakah wajib? bagaimana jika kamu tidak memakainya? apakah itu peraturan pemerintah? Saya dan teman dari UI memang berhijab, sedangkan satu teman lagi dari IPB non-islam. Kami bertiga berusaha menjelaskannya dengan seringan mungkin agar mereka paham.
Sampailah di satu pertanyaan, "Pakai jilbab itu susah nggak sih?" dan kami mengadakan tutorial dadakan. hahaha. Saya ambil dua jilbab segi empat dari tas saya, satu jilbab langsung, peniti, jarum pentul, dan bros. Mereka setuju saat kami tanya apakah mau coba pakai jilbab. Okaa san dan dua putri keluarga tetangga menjadi modelnya malam itu. Saya dan Teh Achi memakaikan jilbab segi empat pada Hikari dan saudaranya. Sedangkan Okaa san menggunakan jilbab langsungan warna hitam. Masyaa Allah, cantiknya mereka.
Okaa san, dua putri tetangga kami, saya, teh achi |
Yang saya pelajari dari cerita malam itu adalah, betapa masyarakat Jepang masih clueless terhadap Islam. See, betapa mereka penasaran bagaimana saya sholat, bagaimana saya "berbicara" pada Tuhan saya, bagaimana jilbab, bagaimana seorang muslim, mengapa tidak boleh makan babi dan minum sake. Dan bahwasanya, masih ada banyak sekali ladang dakwah di penjuru negeri. Mengenalkan Islam dengan damai. Hari itu saya juga memetik sebuah hikmah sebagai seorang muslimah; mungkin, kalau seorang lelaki muslim tidak terlalu menampakkan identitasnya sebagai seorang muslim, sampai ia tampak sedang sholat, misalnya. Namun berbeda cerita dengan seorang muslimah. Bahkan dengan ia dan hijabnya yang ia gunakan kemana-mana, sudah menjelaskan identitasnya sebagai seorang muslim. Maka, pada kali pertama seorang muslimah bertemu dengan orang asing, bisa jadi kesan itulah yang ia sitasi selamanya. Misal, seorang muslimah yang santun, mungkin akan ia tafsirkan bahwa muslim adalah orang baik. Dan sebaliknya.
Maka, menjadi muslimah adalah sebuah peluang. Bahkan sejak pertama menggunakan hijab, kita sedang berdakwah, mensyiarkan Islam. Banggalah menjadi seorang muslimah.
Pembuatan mochi tradisional |
Hari terakhir sebelum farewell, kami pergi ke tempat pembuatan mochi dan restoran Jepang. Saat restoran belum buka, orang-orang sudah berkumpul sangat ramai untuk mengantri masuk restoran, ataupun untuk melihat pembuatan mochi secara tradisional. Saya memperhatikan ada Ibu-ibu yang sejak beberapa waktu memperhatikan saya dan Teh Achi. Lalu beliau akhirnya menyapa Teh Achi dan bilang "apa itu yang kamu pakai?" "Ini namanya Hijab, Bu" "Cantik, dan warna-warni ya" (sambil menerawang ke peserta Jenesys lain yang berhijab). Tentunya dengan bahasa campur aduk. Alhamdulillah, semoga keberadaan muslimah di tempat asing lainnya, bisa megenalkan Islam pada mereka. Semoga bisa mengantarkan cahaya hidayah pada seseorang, atau sekelompok masyarakat.
Isyhaadu bi anna muslimun 💗
Tag :
Inspiration
1 Komentar untuk "Jilbab dan Jepang"
Keren ih ����
Jadi pengen ke jepang