Ini Soal Kau, Jakarta-ku

Banyak suara yang masuk ke telinga gw soal jakarta, apalagi temen-temen di kampus UNSOED purwokerto yang notabene rata-rata berasal dari luar jakarta bahkan luar jawa. menganggap jakarta is nightmare city. penuh lika liku dan so complicated!

walau sejatinya memang begitu, tapi yang perlu diketahui adalah, banyaaak jutaan orang baik di luar sana yang (mungkin) kita tidak mengenalnya. jakarta penuh orang ramah. sebuah pusat budaya, pemerintahan, sosmas, sampai pusat problema di negeri ini. sungguh kota yang representatif! ramai akan manusia, yang gw pahami, di belahan dunia kayak begini yang masyarakatnya sangat plural dan penuh dengan warna, setiap sikap mereka sesungguhnya akan mengikuti gerak gerik kita. ada aksi, ada reaksi. yang baik dibalas baik, yang buruk dibalas buruk, yang jahat dibalas jahat. itu sunatullah. pun berlaku di kota ini. so, ini pilihan bukan? mau bagaimana kita di ibukota??

gw juga melihat satu hal yang menarik di kota ini. sebuah magnet bagi manusia-manusia yang memiliki mimpi untuk sukses berbsnis, terkenal jadi artis, atau jadi pejabat, bahkan cuma pingin cari jodoh..hehe
sebuah hal yang sangat kontras memang, ketika gw menyusuri sudut-sudut kampung di pinggir jakarta dan berjalan di tengah hedonisme pusat kota jakarta. antara miris, sedih, prihatin, dan segala macamnya.

satu, ketika gw lihat secara nyata di pinggir kota jakarta sampah numpuk di pinggir jalan, PKL kian membeludak di tepi jalan, atau halte bus tak terurus, bahkan halte transjakarta apa adanya. sangat jauh dengan kondisi jalan-jalan dan gedung-gedung di sekitar Bundaran HI, it's so clean, rapi jali, bersih sih sih... Hm, cuma agak bingung aja, apa bedanya ya??? kalau jakarta pusat itu akan menjadi center of interest para bulek2 pebisnis dari negeri seberang, kalau saja dia mengunjungi wilayah-wilayah pinggiran (kayak di kampung gw), apa kata mereka??

dua, siang itu gw ngebolang bersama dua temen gw, akhwat UNJ, plus temen SMA dulu. start dari rumah sampe ke thamrincity. secara otomatis, segala bentuk pemandangan gw liat sepanjang ratusan kilometer di hari itu. gw masih inget banget, di kolong jembatan layang pasar rebo, banyak bocah-bocah dengan pakaian lusuh dan alas kaki seadanya, atau bahkan tanpa itu, mereka gesit sekali melintasi lampu merah, menimpali amplop-amplop kosong para penumpang angkot, dan berdendang ala jalanan di pintu mobil, lalu tanpa menengadahkan tangan, ia mendapati lembar atau receh rupiah di dalam amplopnya, dan berjalan lagi, dan seterusnya begitu.

namun, mereka yang gw lihat tanpa orang tua ada saja yang tengah menangis histeris di tepi jalan, entahlah, gw ga mau cari tau penyebabnya saat itu. sakit hati gw, kalo tau ada yang nyakitin anak-anak seperti itu.

gw coba bandingkan dengan melangkah di pelataran plaza Indonesia, sampai masuk ke thamrin city. lucunya, sore itu, bersama dua temen gw, kita ibarat tasbih di tengah hedonisme jakarta, berbgai mata memandang kami seperti melihat tiga gadis habis pengajian.haha
yang gw liat justru sebuah lambang materialisme, individualis, egoisme, atau bahkan hegemoni yahudi. gedung pencakar langit yang tampak mengkilap dari bawah, mobil-mobil sedan kinclong, para eksekutif dan bulek-bulek, plus ada juga remajawan dan remajawati yang berpakaian ala barat. penuh kemewahan. rasanya kota itu hanya milik orang-orang berduit. lalu sisanya?
yah, di sisi lain masih ada saja orang-orang kumel dan kelaparan, masih dalam satu kota.

tiga, yang menarik buat gw di hari itu adalah, apa yang gw liat selama ini di tipi-tipi, ternyata memang nyata dan hanya ada di indonesia - atau jakarta yah??-
misalnya, fenomena joki untuk jalur three in one di jam sore. saat pulang dari thamrincity, gw kembali menyusuri jalan di awal tadi. dan ternyata telah banyak orang-orang dengan pakaian biasa yang sedang berjejer di pinggir jalan dan mengarahkan tangan ke atas sambil menunjuk angka satu. seperti memberhentikan angkot, tapi ini memberhentikan para pengendara mobil, calon korban konspirasi orang-orang kecil. orang-orang yang mencari rupiah dengan bermacam jalan. ini salah satunya.

ah, itu hanya sekelumit saja rasanya soal dinamika kota ini. selebihnya pasti ada hal yang jauuuuuh lebih menarik, atau bahkan menyebalkan!

Jakarta... Jakarta... gw kangen sama suasana kota ini jaman dahulu, yang masih rimbun pepohonannya, jalnan masih rapih, tak bnyak PKL di mana-mana, tak ada perkampungan kumuh, lahan hijau -lapangan- dimana-mana, muara bagi anak-anak untuk melepas canda, sungguh asri dan bersejarah. lantas kini?

oh, inilah pekerjaan besar kita. antara memperbaiki, atau tinggalkan saja? sudah tak ada lagi harapan.. hiks,





gw kangen sohib kecil...
heemmm..
Tag : refamorfosis
0 Komentar untuk "Ini Soal Kau, Jakarta-ku"

Back To Top