Proses Pembuatan Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba

Proses Pembuatan Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba

Proses Pembuatan Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba - Dear world, baru kali ini saya mendapat kesempatan untuk “terpaksa” cek kesehatan. Bukan medical check up yang harganya melangit itu yes, tapi lebih tepatnya cek kesehatan dalam rangka mendapat surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah. Wait, kenapa saya bold? Karena surat keterangan sehat ini wajib banget saya dapatkan dari RS pemerintah. Yap, rumah sakit dan punya pemerintah. It means, saya gak boleh minta surat keterangan sehat dari klinik kesehatan, puskesmas meskipun punya pemerintah, ataupun rumah sakit swasta. Maka, lengkap sudah petualangan saya satu hari itu.
Kira-kira pertengahan oktober 2015 silam, saya harus memenuhi persyaratan beasiswa LPDP yang salah satunya ada: Surat Keterangan Sehat, Surat Keterangan Bebas Narkoba (Selanjutnya: SKBN), dan Surat Bebas TBC. Karena LPDP saat ini punya sistem verifikasi yang detil, saya nggak berani nyoba tes kesehatan di luar RSUD. Alhasil, saya pergi ke RSUD Pare, Kediri karena saat itu saya sedang ada di kampung inggris. Btw, pastinya kamu tau lah ya apa itu Kampung Inggris Pare? Ini nih terkenal banget sampe saya ketemu dua applicant LPDP juga yang lagi bikin surat keterangan yang sama dengan saya dan mereka juga lagi belajar di Kampung Inggris.
Back to the topic, dulu sahabat saya pernah bilang, kalau mau tes kesehatan sebaiknya datang sebelum jam 6 pagi. Akhirnya, hari itu saya ambil cuti dan tiba di RSUD Pare sekitar 6.30, dan dengan shocknya saya melihat loket utama sudah penuh dengan pasien. Uniknya, ada bangku berjejer yang dikasih nomer, dan mereka disana gak pake nomer antrian. So, what should I do next? Of course, asking someone. Sesosok bapak-bapak kemudian ngasitau saya kalau nomor di bangku digunakan untuk ngantri ngambil nomer antrian *beuh, antrian di dalam antrian* dan setelah mendapat nomer antrian barulah ngantri loket. Untungnya, aturan itu buat mereka yang menggunakan BPJS. Karena saya termasuk pasien umum, jadi saya langsung ke loket umum yang buka pukul 8.00 (padahal saya udah siap-siap ngantri dari jam 6 pagi, pemirsa). Untuk loket pertama ini, saya dikenakan RP 40.500 untuk biaya pendaftaran ke dua poli (lansia dan paru) Alhamdulillah, tidak lama proses pendaftaran selesai, saya bisa langsung menuju ruang praktek dokter. Dan disinilah perjuangan saya dimulai *benerinjilbab*
Untuk mengurus tiga surat tersebut, saya harus mengunjungi berbagai poli dan lab. Pertama, untuk mengurus Surat Keterangan Sehat dan SKBN saya menuju poli kulit dan lansia *aslinya rada gak percaya kalo saya harus ke poli ini dan menunggu bersama banyak mbah mbah hihi*. Disana saya diarahkan untuk tes laboratorium terlebih dahulu. Lab pertama yang saya kunjungi yaitu radiologi untuk scan paru-paru. Sambil menunggu hasil rontgen, saya menuju lab patologi *kalo gak salah* untuk tes NAPZA. Caranya, saya isi data di loket lab, kemudian ambil sampel urin, dikasih label, lalu tunggu hasilnya selama sekitar 30 menit. Setelah selesai, saya bisa langsung mendapatkan surat keterangan bebas narkoba. Jangan lupa untuk ke kasir, dan saya membayar biaya lab sebesar RP 126.000. Alhamdulillah saudara-saudara, saya positif bebas narkoba yeeyyy *\^_^/* maka selanjutnya saya menuju instalasi radiologi lagi untuk mengambil hasil rontgen. Ini lumayan lama, ada sekitar 2 jam dari waktu foto rontgen untuk mengambil hasilnya. Biayanya lebih murah dari tes NAPZA, hanya dengan RP 75.000 saya bisa mengetahui bahwa paru saya normal. Hihiy, Alhamdulillah yah.
Selanjutnya saya kembali ke poli lansia untuk menyerahkan hasil tes urin dan tes rontgen untuk mendapatkan surat keterangan sehat. Selesai semua urusan di poli lansia, saya pergi ke poli paru untuk mendapat surat keterangan bebas TBC. Di poli ini, Cuma ada dua antrian. Yang satu saya, dan satunya lagi Mr. Fahmi, tutor salah satu lembaga di kampung inggris yang juga jadi LPDP applicant. Bersama dokter spesialis paru, saya hanya dicek sedikit dan dijelaskan hasil rontgen yang sesungguhnya juga saya gangerti cara bacanya haha. Yap, sang dokter sudah yakin paru saya sehat, akhirnya beliau menandatangani surat keterangan bebas TBC.

Finally, dengan berakhirnya pemeriksaan di poli paru, maka berakhir juga petualangan saya selama enam jam lebih di RSUD Pare. Btw, soto yang ada di kantin rumah sakit ini juga lumayan enak lho *saat laper pagi-pagi haha* So, selamat berjuang juga bagi kamu yang lagi mencari surat keterangansehat dan bebas narkoba. This is my experience, how ‘bout you? :)
Tag : Sharing
4 Komentar untuk "Proses Pembuatan Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba"

Hai Refa, terima kasih infonya sangat bermanfaat. Kebetulan aku lagi di kampung inggris juga nih, dan lagi butuh surat keterangan sehat dan SKBN untuk daftar kerja hihihi

RSUD kediri pare tsb untuk pelayanan membuat skbn apakah bisa hari minggu ?

Masa berlaku dari surat keterangan sehat dan SKBN tersebut berapa lama ya kak @refa yulianingsih
ada tidak ketentuan masa berlakunya?

Back To Top