Air Mata di Sore itu


air mata di penghujung sore.
ia begitu dingin dan deras. membiarkan sepi membatasi aku dan keheningan hujan. melewati mataku dan meracik berjuta amarah di atas pundak sang pengiba.
mega mendung semakin menciut melihat basah menggaduhi tepi waktu itu.
tak adalagi jalan setapak yang harus kulalui.
semua biru. menjembatani rindu dan masa lalu. kian gaduh dan marah pada riuh pikuk cinta.
meski lisanku tak pernah mengaku. bahwa pecinta sejati hanyalah kata-kata yang diam dan tergoreskan di atas awang. menari dalam sunyi.
hanya itu.

air mata di sore itu, kian mengibas lembutnya rona. menghapus ria serta mengundang gamang.
bukan karna pelepah masalah yang menghantui dunia-ku.
lebih meruncing pada satu. yang meliuk dan menggema di atas fana. jauh lepas dibalik segala pesona.
kian merekah. namun semakin ia menggilas. hati yang bisu kini bicara soal rindu.
yah, memang ia selalu datang saat mereka tak ada di sisi. itulah rindu.
selalu hadir kala sepi menggumam sedang keluh tak henti mencipta. itu juga rindu.
atau ketika hati menjadi pasif dan mati. air mata mencibir dan memaki-ku semakin lama. mungkin, itu juga rindu.
yang jelas, antara ku dan ia. ada rindu yang mengolah kami menjadi ruh pecinta. cinta akan kehadiran dan kebersamaan: UKHUWAH.

air mata di sore itu, masih menghampiri tanpa sesal sama sekali.
kini ia hadir bersama gelimang hati yang terburai. puzzle kami yang tak sempat ku-rapihkan. barang sedetik pun.
sakit. semua lubang tlah menampak dan terbentuk begitu sempurna. tak ada lagi rongga bagi keutuhan.
semakin hari, semakin memanggil-ku untuk berkutat dengan sang rindu.
rindu sore itu. ketika satu persatu bagian kami menjadi warna di pelataran masjid.
jalan itu di hari yang sama. masih membau dan meninggalkan jejak kehangatan. begitu spesial. tak ada kerapuhan.
namun, aku tetap memandang pada waktu. ia yang mengajariku betapa masa tak akan sama.
semua bermetamorfosa, sesuai dengan irama catatanNYA. dan aku percaya.
bahkan, hingga puzzle itu satu per satu jatuh dan meremah, hilang bersama debur waktu dan ego.
pun, adalah sebuah iramaNYA. yang begitu indah, ketika saja kunikmati sebagai sebuah tanda rindu.

Hm, rasanya masih sama. antara aku di sore itu, hingga jeli mata terkembang (kembali) pada-ku.

aku, hanyalah aku. apa pun di sore itu.
tak peduli tawa bahkan air mata.
^-^


for a special me!

Tag : Random
0 Komentar untuk "Air Mata di Sore itu"

Back To Top