Sentilan sore dari Ummi Ratna

Sore ini hujan kembali mengguyur kota kecilku, Purwokerto. Bersama hati yang makin mendung dan tidur. Mata yang sayup karena telah lama bersanding dengan bantal dan guling. Semangat yang basah kuyup terlindas bulir-bulir air langit. Semua hancur lebur. Semua abu-abu. Semakin berkabut, bahkan berkabung.
Banyak hal yang tiba-tiba menerawang di kepalaku. “aku ideal...oh....gustiiii.....kapan???”
Aku ingat betul wejangan ummi ratna tempo hari lalu. Antara dulu dan sekarang. Antara aku, kita dan mereka. Antara amanah dan senang-senang. Aku semakin galau. “Kalau jaman dulu, di era dakwah dulu, jaman 1994... yang namanya halaqoh itu pagi-pagi, bada subuh langsung bergegas. Jadi fresh, bukan kayak sekarang ini, sore-sore halaqoh. Yaaa ngantuk, energinya tinggal sisa-sisa”
Aku menunduk dan sedikit introspeksi. Jangan-jangan kurang lebihnya begitu. Faghfirlii yaa Rabb.
Beliau melanjutkan “Kalau sekarang ini, saya lihat, antara ikhwah itu banyak sekali rukhsah. Afwan ya, hafalannya besok aja. Afwan ya, hafalannya baru segini. Afwan ya. Yaaa, kalau terus begitu, akhirnya udah mau lulus juga 1 juz belum rampung. Ya gak? Haha” sambil sedikit melempar tawa memang... tapi aku yakin. Jangankan beliau yang melihatnya. Aku dan kawan-kawan yang merasakannya begitu paham degradasi semacam ini. Jangan-jangan benar itu. Duh, Rabbi... Faghfirlii...
“Yaa mungkin karena kebutuhan dakwah yang senantiasa berbeda ya, dari waktu ke waktu. Kalau jaman dulu sedikit sekali aktivis2 LDK/LDF, KAMMI, tapi dengan kesedikitan itu kami menjadi kuat. Tak ada ikhwah yang tak saling kenal. Ukhuwah kami sangat kuat. Kalau sekarang saya lihat.. Alhamdulillah, aktivis dakwah jumlahnya semakin banyak. Tapi kok yaaa kalau kemarin saya lihat di Jalasah Ruhiy saja ndak seperti yang kelihatan ya.. yang datang sedikit... agenda2 dakwahnya juga. Kalau dulu, muslimah-muslimah di kampus, apalagi yang pakai kerudung mesti mau diajak ngaji... yaaa, mungkin memang kondisinya berbeda ya dulu dan sekarang” aku berdecak dalam hati. Apakah ummi sedang membuat pemakluman di hadapan wajah ku dan kawan-kawan yang makin tertunduk dan seperti sedang dihakimi. Kepalaku menerawang jauh, jauuuuuh sekali ke sekre GAMAIS, ke sekre UKKI, ke sekre KAMMI. Bagaimana dengan kondisi kita??
Lantas, beliau melempar pertanyaan yang sama... satu per satu ke wajah kami. Tepat di hadapan kami. “Nah, amah-amah ni pegang berapa kelompok binaan?” “Ada yang sudah meng-agendakan untuk rutin silaturahim satu-satu ke binaannya??? Ada??” lantas juga satu persatu dari kami menggelengkan kepala sambil melempar alasan logis. Aku berdecak lagi dalam hati. Faghfirlii yaa Rabb.
“Amah sudah semester berapa?”, “Lima, mi...”, “Nah kalau sudah semester lima ni, berarti sudah punya cucu ya? Punya dua generasi di kampus ya? Kalau jaman saya dulu, sepantaran amah-amah ini sudah mulai persiapkan yang namanya pasca kampus. Karena kan kita gak tau jodoh kita kapan datangnya?? Ya kan? Dulu suka ada magang ke ummahat-ummahat, tapi kalau sekarang, kayaknya belum ada lagi ya. Nih, mah... coba, meng-agendakan gak untuk pulang ke rumah? Tapi jangan hanya karena minta uang? Siapa yang sudah meng-agendakan?” haha.. ummi ni, mengintrogasi kami saja. Aku tau raut-raut wajah di hadapan ku ini tampang-tampang jarang pulang. bukan begitu sih ya harapannya.. tapiiii... sudahlah...
Lantas beliau melanjutkan “Alhamdulillah kalau sudah pada meng-agendakan pulang ke rumah. Nah, kalau pulang ke rumah jangan hanya karena kehabisan uang saja, atau sakit saja... tapi coba komunikasikan lebih awal, mulai dari sekarang pada orang tua kita. Tentang pernikahan amah nanti, tentang pekerjaan amah nanti. Jangan sampai karena terbatasnya komunikasi dengan orang tua menjadi penghambat ridho mereka.” Kami hanya senyam-senyum. Alhamdulillah, lega dengan sentilan sore itu. Tampaknya akhir yang baik untuk kami.
Untuk sebuah bekal, melanjutkan episode demi episode. Satu hal yang harus segera dan senantiasa kami lakukan mulai detik ini. PERBAIKI!
Bismillah... karena kemenangan itu sebanding dengan pengorbanan. Jazakillah ummi... jazakillah cintaku semua.. uhibbukumfillah...
Tag : Inspiration
0 Komentar untuk "Sentilan sore dari Ummi Ratna"

Back To Top