susahnya jadi Indonesia


tempo hari, saya ingat betapa 110 petri yang bikin saya kikuk di depan LAF, terpanggang, hanya cengo dengan kapasitas kesadaran sekitar 40%. ufff. tapi dengan pose ini, saya sangat suka!
Bioteknologi benar-benar mengajarkan saya untuk open mind. bahwa dunia ini penuh dengan sumber daya mikro yang jika Allah mengijinkan, kita dapat maju atau terpendam hilang musnah habis karenanya. dulu, kalau dosen saya bilang bioteknologi merupakan ilmu atau teknologi yang mempelajari pemanfaatan perihal mikro. saya tidak diperkenankan berstatement: 'bioteknologi adalah teknologi yang memanfaatkan makhluk hidup'. lantas, profesor di hadapan saya bilang: 'berarti memanfaatkan sapi untuk membajak sawah juga bioteknologi ya?' *glepglep.

Era globalisasi, menurut saya masih simpang siur bagi NKRI. apakah ini peluang atau malah ancaman. perihal yang paling nyata adalah kita-atau saya lebih tepatnya- masih merasa kemanaa gitu harga sejengkal keringat petani kita. nista sekali dihargai dengan impor sana sini yang di sana, di timur jawa sudah cukup jelas saya melihat bagaimana petani menolak impor bahan-bahan pertanian! bagaimana tidak. cerita seorang ibu yang karena liat stempel anak pertanian yang saya bawa kemana-mana, beliau curhat, di suatu daerah pegunungan-lupa saya-wonosobo mungkin-ahh, lupa deh- jika harga kubis sangat murah *Rp.200/kg* maka mereka para petani lebih baik memangkas habis pertanaman kubisnya. bayangkan saudara-saudara, mereka gak nanem 1-2 biji kubis toh. berapa kerugian yang ditanggung. dan, uh...belum lagi berapa kemarahan yang tersimpan. ini masih satu. di lain cerita, mas mas di sebelah seat saya dalam perjalanan jakarta-purwokerto... ia bertanya,'mba anak pertanian kan? saya mau tanya... yang suka impor impor itu siapa sih mba' saya tanya kenapa. lantas begini ceritanya. di tahun 90-an masih banyak petani bawang putih di gucci, tegal. saat itu, bertani bawang putih menjadi pemasok lapangan kerja dan pendapatan masyarakat desa di sana, komoditas bawang putih gucci dipasarkan ke luar daerah, sampai ke jakarta. dan tahukah? setelah berkembangnya masukan impor bawang putih ke Indonesia dan pulau Jawa khususnya sungguh menekan pendapatan petani bawang putih di sana. dan akhirnya, mereka angkat kaki dari bercocok tanam bawang putih karena merasa tergusur dan terusir dari lahan subur nan menjanjikan. sekarang? jangan kaget jika sebagian besar pemuda/i gucci pindah katepe jadi warga DKI Jakarta. entah, apa yang mereka cari apalagi yang mereka dapatkan di kota jahannam itu.

Jadi, yang merasa cerdas dalam ber-bioteknologi dan merupakan putera-puteri aseli ibu pertiwi, mohon dengan sangat, boleh kita asup pendidikan dan bahan-bahan serta alat-alat mahal dari luar negeri sana. tapi, sungguh saya gak tega kalau sudah dididik di sana, buang uang di sana, eh ujung-ujungnya jadi abdi dalem orang sana.*terharu*.pastikan kita menjadi bibit scientist yang berjiwa besar, percayalah... Allah sudah terlalu baik menganugerahkan tongkat dan kayu jadi tanaman, kolam susu, tambang dan laut seluas daratan. tinggal bagaimana kita lebih cerdas dari para amerik yang dengan kekonyolan mereka hendak menguasai dunia. eh, bukan-bukan. menguasai otak manusia maksudnya! greatah biotek Indonesia!!!











episode semangat ber-bioteknologi
Tag : Random
0 Komentar untuk "susahnya jadi Indonesia"

Back To Top