Tendensius




Entah sejak kapan tendensi menjadi penting untuk diperhatikan, meski saya tidak punya teori pasti bagaimanakah tendensi manusia jika diapresiasikan dalam bentuk grafik. apakah sama halnya dengan maltus yang berkaprah bahwa manusia yang terlahir berada dalam deret ukur alias eksponensial, jumlah kelahirannya per satuan waktu selalu berpangkat dua dan sebaliknya ketersediaan pangan berada dalam deret hitung, stagnansial dan tidak berkompeten mengimbangi natalitas. atau kah teori sigmoid yang memiliki pola perkembangan grafik dari nol hingga nol lagi. yang jelas, manusia yang memiliki berbagai misi, juga memilki berbagai tendensi.

akhirnya, setelah mengarungi (nyaris) 20 tahun hidup di terminal sementara bernama bumi, berkenalan dengan berbagai jenis manusia, berbagai jenis ilmu, berbagai jenis persoalan, berbagai jenis rasa, saya menghimpun sebuah kesimpulan. bahwa, satu-satunya tendensi paling baik adalah seperti kaca. flat. datar. tanpa tendensi.

dan, akhirnya juga.... ikhlas itu berbentuk flat. merah jambu itu juga flat. benci juga flat. senang juga flat. semua yang menduniawikan kita berbentuk flat. satu-satunya yang boleh bertendensi maksimal adalah: pembuktian syahadat kita... harus menggema seperti riak ombak di tengah ngarai, karena Allah akan menukarnya dengan syurga.











appreciated by: hoho --a
malam 23 april, widya puri
Tag : Random
0 Komentar untuk "Tendensius"

Back To Top