saya ini bukan pengamat politik. bukan juga kuasa hukum. pengacara. apalagi guru besar. saya ini hanya sekadar rakyat yang menunggu kedatangan pemimpinnya. saya ini rakyat yang sedih melihat banjir dan kelaparan menjadi akun utama citra pemimpin yang tak kunjung juga datang. saya ini hanya rakyat yang syiok melihat egoisme para media yang hanya mengejar citra untuk para pemimpinnya. saya ini hanya rakyat yang melihat citra di-mana-mana, citra di kampung kumuh, citra di kolam-kolam, citra di pengungsian, citra di rusunami, citra di tembok pohon dan baliho-baliho, dan di segala tempat mahal dimana citra, leluasa bertengger disana. saya hanya rakyat biasa yang secara kasat mata mampu melihat betapa tebalnya dompet pemimpin yang tak kunjung datang itu. semakin tebal dompet, semakin berserakan rapih citra mereka. ya, saya hanya rakyat biasa yang menunggu datangnya pemimpin saya. selama ini, bukan tak punya ongkos untuk datang atau sakit gigi. ia tak kunjung datang (mungkin) karena sibuk dengan citra. sehingga para rakyat yang sudah kian lama menjinjing celananya karena banjir air dan banjir citra, semakin menangis, menggila, menggalau, menyapubersih judul moral di negara saya ini. payah.
pada akhirnya, kita butuh manusia-manusia yang mau bekerja. bukan membangun citra. citra saja tak cukup mengenyangkan perut jutaan rakyat Indonesia. tapi bekerja. BEKERJA UNTUK INDONESIA.
Kerja dan citra jelas beda. kalau hanya membuat citra, tinggal tingkatkan saldo tabungan, bekerja sedikit dan media akan dengan bahagia mencetarrkan pekerjaan para pencitra, meski itu biasa saja. sedangkan orang yang bekerja, meski betapa low-profilenya, betapa sederhananya, betapa cerdasnya, betapa banyaknya capaian dan penghargaan, jika sales citra tadi tidak suka, maka tetap saja, yang muncul di atas permukaan hanyalah orang-orang yang membangun citra. bagaimana dengan masyarakat? sebagiannya menikmati hasil kerja yang sesungguhnya, dan sebagian lain hanya menjadi korban pencitraan.
maka, sebagai rakyat biasa yang cerdas dan excellent, sudah saatnya kita memilah dan memilih. mana orang yang bekerja dan membangun citra. jangan biarkan negeri ini tenggelam dalam citra sedangkan rakyatnya teriak kelaparan. jangan biarkan kita yang cerdas dan excellent ini juga ikut acara sembarang tuduh. menuduh orang yang belum jelas salahnya, tapi sesungguhnya sudah banyak catatan kerjanya. jika aktivitas sembarang tuduh tadi semakin banyak beredar, maka kasihan sekali negeri ini. sama artinya, menendang orang yang bekerja dan menimbun orang pencitra.
sebagai rakyat yang biasa, saya sih sederhana saja dalam memilah dan memilih antara pekerja dan pencitra. yang punya tagline Bersih, Peduli, dan Profesional saya pikir yang paling terpuruk dalam pencitraan. tak apa, karena saya bukan mencari citra mereka, tapi mau bekerja bersama mereka. karena mereka bekerja, bukan mencari citra. citra bagi mereka cukup citra yang dihadiahkan dari Allah ta'ala.
~refa
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Kerja"