--a
*ini sbenernya emoticon apa sih ya? kayak orang lagi garuk kepala, atau lagi ngucek mata? atau lagi benerin kacamata? dan kenapa ini mesti dibahas? *menghela nafas
baiklah, setelah kemarin sempat posting tentang kertas kosong dan pulpen itu lebih keren dari ketika mas gagah pergi-nya bunda helvy, kemudian tadi sore saya duduk di sebuah balkon. di atasnya tepat terbentang langit putih nyaris mendung dimana banyak kabel listrik melintang dan burung-burung berlayar di sepanjang lukisan langit tadi. angin sepoi, atmosfer damai ditemani nasyid perjuangan dan inbox handphone yang tidak mau diam. hampir 3 x 60 menit saya duduk di balkon itu, menikmati langit. dengan cara menikmati yang akhir-akhir ini tidak dapat saya lakukan tentunya.
mata saya bolak-balik melihat langit, handphone, langit, handphone, dst. rasanya, di langit yang bersih itu saya melihat tumpukan masalah dan ratusan frasa yang menjabarkan segala rupa urusan saya akhir-akhir ini. salah satunya adalah, puskomda. di langit tadi, saya (seperti) melihat sebuah gurindam dimana saya harus membacanya berulang-ulang. ah, rasanya juga seperti sedang diingatkan seseorang. iqro'!
ya, baca! baca dengan nama Rabb-mu yang menciptakan. memang dari awal saya sudah menjelaskan bahwasanya dengan membaca dapat membawa pitecantropus menjadi robotic agent. saya tidak menafikan membaca itu kegiatan yang absolut membuat manusia cerdas dan excellent. ah, hanya saja bagi saya membaca buku tebal seperti punya bapak campbell ibarat makan sayur. butuh energi besar untuk memastikan mulut saya mau mencaploknya. tapi, dari bahasa langit tadi saya tidak terlalu bodoh juga untuk menafsirkannya sebagai: "ayo faaaa baca fa baca baca baca!!!" dan, ya, tepat sekali, i'll try to love it. love book as like as book loved me (?)
mencintai buku. sebagaimana saya mencintai diskusi dan jalan-jalan. yea, tentu, saya akan jauh lebih keren kalau jalan-jalan sambil bawa buku, atau diskusi setelah melahap buku! ya kan? *senyumkeren*
*griyarabbani
*ini sbenernya emoticon apa sih ya? kayak orang lagi garuk kepala, atau lagi ngucek mata? atau lagi benerin kacamata? dan kenapa ini mesti dibahas? *menghela nafas
baiklah, setelah kemarin sempat posting tentang kertas kosong dan pulpen itu lebih keren dari ketika mas gagah pergi-nya bunda helvy, kemudian tadi sore saya duduk di sebuah balkon. di atasnya tepat terbentang langit putih nyaris mendung dimana banyak kabel listrik melintang dan burung-burung berlayar di sepanjang lukisan langit tadi. angin sepoi, atmosfer damai ditemani nasyid perjuangan dan inbox handphone yang tidak mau diam. hampir 3 x 60 menit saya duduk di balkon itu, menikmati langit. dengan cara menikmati yang akhir-akhir ini tidak dapat saya lakukan tentunya.
mata saya bolak-balik melihat langit, handphone, langit, handphone, dst. rasanya, di langit yang bersih itu saya melihat tumpukan masalah dan ratusan frasa yang menjabarkan segala rupa urusan saya akhir-akhir ini. salah satunya adalah, puskomda. di langit tadi, saya (seperti) melihat sebuah gurindam dimana saya harus membacanya berulang-ulang. ah, rasanya juga seperti sedang diingatkan seseorang. iqro'!
ya, baca! baca dengan nama Rabb-mu yang menciptakan. memang dari awal saya sudah menjelaskan bahwasanya dengan membaca dapat membawa pitecantropus menjadi robotic agent. saya tidak menafikan membaca itu kegiatan yang absolut membuat manusia cerdas dan excellent. ah, hanya saja bagi saya membaca buku tebal seperti punya bapak campbell ibarat makan sayur. butuh energi besar untuk memastikan mulut saya mau mencaploknya. tapi, dari bahasa langit tadi saya tidak terlalu bodoh juga untuk menafsirkannya sebagai: "ayo faaaa baca fa baca baca baca!!!" dan, ya, tepat sekali, i'll try to love it. love book as like as book loved me (?)
mencintai buku. sebagaimana saya mencintai diskusi dan jalan-jalan. yea, tentu, saya akan jauh lebih keren kalau jalan-jalan sambil bawa buku, atau diskusi setelah melahap buku! ya kan? *senyumkeren*
*griyarabbani
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Readistis"