denting bulan ke sembilan


Kenapa hey, dik. Kenapa? Kau sudah tak sanggup lagi bertahan di dalam sana? Bahkan di tempat kau seharusnya pulang? Fiuhh.


Selepas mereka pergi, sebait kalimat ini muncul di antara detik perpisahan kami: “Generasi yang baik, adalah generasi yang mampu melahirkan orang-orang lebih baik dari masa-nya”. Bagi saya, indikator generasi selanjutnya adalah baik, sangatlah luas. Sebut saja paling tidak mereka –generasi setelahnya- dapat menyerap baik warisan mbah-mbahnya, atau mampu melanjutkan estafet perjalanan mbah-nya hingga mereka ber-regenerasi, atau ketika mereka dihadapkan pada problematika dilematika galaumatika, alhasil dengan siap mereka melewatinya, atau ketika satu per satu dedaunan mulai gugur---akan ada pundak yang jauh lebih kuat untuk menopang satu sama lain.

Yap, mari sejenak mengevaluasi diri. Setahun silam, ada yang menyerahkan jabatan x pada seorang adik bernama y, dengan tupoksi, draft, program, aturan, langkah, timeline yang nyaris-nyaris sama. Hanya satu yang berbeda: KUALITAS. Itulah saya, yang saat itu berdiri dengan perasaan agak sedikit abu-abu. Antara bahagia, khawatir, dan bingung ketika menyerahkan tongkat estafet gamais. Tahu betul bagaimana rasanya pressure demi pressure dalam posisi tersebut. Namun, itulah edukasi yang Allah apresiasikan pada kita, buat apa lama-lama berproses jika sampai hari ini kita biasa-biasa saja. Ya, sepertinya kita sedang dilempar jauh lebih tinggi, dik. Tapi yakinlah Allah pasti menangkap kita :)

Secara bersamaan, saya adalah objek yang diserahkan sesuatu bernama puskomda. Yang saat itu, entah harus merangkai kata semacam apa untuk mengatakan: “Tidak, terimakasih”. Hingga berbuat, menjadi lebih simpel dari kata menolak. Warisan, bagi saya yang newbie se-newbienewbie-nya adalah prioritas yang harus dipelajari sematang mungkin. Hanya dalam beberapa hari, sebelum bekerja satu tahun. *sungguh sangat tidak adil. Satu, dua, tiga bulan berjalan begitu cepatnya. Yup, sangat cepat hingga tanpa sadar satu per satu “proposal resign” muncul, satu persatu semangat meluntur, satu persatu ukhuwah memudar. Ada yang kemudian hilang ditelan ZzzZZZzzz, ada yang menyangka-nyangka hingga kadang membuat saya mengelus dada, ada yang kalem seperti dandelion, ada yang krikrikik, dan surely, ada yang dengan innocent mengatakan I’m quit baik secara jahr maupun sirr. Ah, sialnya saya hanyalah anak kecil yang masih menunggu generasi lalu itu datang dan memberikan support. Generasi yang singkat sekali saya bicara padanya. Semoga, ini hanya masalah manajemen SDM yang buruk seorang saya, bukan karena generasi sebelumnya yang tidak lebih baik dari generasi saya. Atau… mungkin inilah masa jumud, karena setiap kita memiliki fase bertahan hidup dalam satu amanah. Wallahu ‘alam. “dipikirin pusing, menyalahkan mereka adalah hal yang naif”  :D















~hari ini ada di tangan kita. Yang salah bisa diperbaiki, yang kurang bisa dilengkapi, asal bukan menyerah. Karena jika menyerah, maka habislah sudah.
Turn On puskomda, whatever they said. masih ada waktu. masih banyak cara. masih ada Allah.


Tag : Random
0 Komentar untuk "denting bulan ke sembilan"

Back To Top