Sekitar 30 menit sebelum saya stuck di depan laptop seakan waktu semakin ambigu, untuk apa malam ini? belajar, ngeslide, blogging, nonton, guling-guling, atau khidmat menikmat hujan. apapun, tetiba teringat 30 menit silam, antara saya dan ulil abshar abdalla (esiapa gue) seperti seorang refa dan rokok. meski saya sadar betul bahwa iklan rokok adalah bermutu daripada iklan cat tembok, namun rokok tetaplah rokok. yang sejak dari asap, harga, limbah, hingga dampak bagi kesehatan manusia dan global system environment (menurut saya) adalah lebih baik untuk makan permen daripada ngerokok. beberapa kali sedang serius mengendarai sepeda motor, tepat pengendara motor depan saya dengan penuh innocent membuang asap rokok yang secara teknis, angin berhembus tepat ke mata. and that's feel like T.T pengin banget beliau merasakan bagaimana mata kesiram air merica #analogi #duh, istighfar fa.
well, rokok adalah rokok, sebagus apa iklan mensyiarkannya. saya tetap #antirokok.
tadi sampai mana?
oh, oke. antara saya dan ulil abshar abdalla. 30 menit lalu saya saksikan om ulil berorasi dalam debat terbuka NU-JIL. sekian menit pertama saya terpikat dengan orasi seorang tokoh kyai yang menampik fikrah liberalnya om ulil. sekian menit kemudian agak ngantuk karena pak kyai yang sangat lengkap (lama.red) mengutarakan maksudnya. sesaat setelah moderator menengahi forum, muncullah om ulil yang mulai menguraikan logika Tuhan-nya. membuat saya agak melek. bukan apa, karena baru kali ini liat langsung om ulil bergerak *\^o^/* (setelah selama ini hanya lihat om ulil di foto ehehe). dalam hati: "ohh, jadi ini ulil abshar abdalla yang menurut-nya masuk Islam kayak masuk toko baju, mau pakai baju merah, monggo. mau pakai baju kuning, monggo. tidak pakai baju juga monggo?? unlimited liberty. ehpantes ya, ada tuh pejuang JIL yang melarang dosen agama saya menganjurkan mahasiswanya pake jilbab. JIL bilang kan pake jilbab gak wajib; "tserah orang-nya donk, mau pake jilbab apa enggak" duh, om-om JIL ini sepertinya kelewat narsis dengan logika-nya"
saya agak penasaran dengan latar belakang JIL ini menjunjung tinggi libertas dan pluralitas agama. kirain sih, gimana. ternyata... jadi begini, kata om ulil saat debat itu, bermula dari pernyataan petinggi katolik di vatikan bahwasanya seluruh lanskap katolik telah berubah, sekarang katolik mengakui bahwa kebenaran dapat berasal dari semua agama. surga bisa didapatkan dari semua agama, kira-kira begitu. dan hari ini semua agama -selain Islam- juga telah berevolusi menyepakati pernyataan tadi. nah, sampai disini, Islam menjadi tertantang oleh semua agama, akankah Islam juga menerima bahwa semua agama adalah benar? anda tahu lah jawabannya... bahwa sejatinya ber-agama tidak hanya menggunakan logika semisal "semua agama aja bisa nerima pluralisme, kenapa agama gue (islam) enggak?" namun ber-agama adalah bagaimana mengkorelasikan naqli dan aqli. menghubungkan logika dan keyakinan yang sumber-nya adalah nurani. ber-agama adalah bagaimana memahami konsekuensi atas iman, juga konsekuensi atas ingkar. dan ber-Islam, berarti membenarkan Al qur'an sebagaimana kita membenarkan bahwa Islam adalah agama yang benar. titik.
soal Al qur'an, lucu ya, kata om ulil, kisah para nabi dalam al qur'an tidak menceritakan sesuatu yang faktual. it mean, Al qur'an just a fairy tale in JIL's mind *gigittembok* kisah para nabi mulai adam alaihissalam hingga Rasulullah Muhammad saw. hanya kisah yang perlu diambil ibrah-nya. lantas kisah para nabi yang asli, lengkap dan faktual dapat ditemukan pada kitab agama lain, bibel misalnya. sampai sini saya masih #gagalpaham sama om ulil. bagaimana bisa mengatakan beliau berislam dan beriman jika mencari kebenaran Al qur'an saja masih bersandar pada kitab agama lain yang, duh, bukannya kitab mereka sudah direvisi sedemikian rupa ya.
sekali lagi, saya dengan teori logika Tuhan-nya JIL itu hanya seperti saya dan rokok. sebagus apapun iklan rokok, tetap saja rokok merusak. no excuse! secerdas apapun om ulil mengejewantahkan urgensi liberalisme dan prulalisme dalam Islam, JIL tetap JIL. merusak aqidah. no excuse!
cuma itu begaJILannya om ulil dan JIL? enggak lah, boleh diklik link ini untuk mendukung dan memahami mengapa dan bagaimana Indonesia harus bebas Islam liberal.
Islam saja cukup. tanpa harus digembeli LIBERAL :)
regards,
#pejuangsidangskripsitanpaJIL :D
Tag :
Random
0 Komentar untuk "JIL dan seisinya"