Jatuh Bangun Formatur


Dari senin ke senin lagi. Dari pagi sampai matahari tenggelam. Dari terang benderang sampai hujan lebat gak ketulungan. Saya dan beberapa orang ini....

Bismillah.
Berawal dari musyawarah anggota GAMAIS, sore itu hujan lebat sekali. Terpilihlah nama-nama yang hendak [ditumbalkan] menjadi tim formatur. Ada pisang goreng yang entah dari mana asalnya di sekre. Ehm, lebih dari itu, ini masalah sekre. Sekre yang berantakan, pengap dan ogah-ogahan ditinggali, kini harus merasa terpaksa betah dengan kami ber-sebelas. Saya merasa... entah kenapa. Rumah ini begitu lapang untuk kami. Kadang terasa dingin dan fiuhhh.. angin semilir makin mendukung suasana ironi. Kita lihat saja hari demi hari. Akan makin banyak tissue berhamparan di karpet hijau yang suka dijemur di depan sekre ini.

Kemudian, beranjaklah hari senin ke selasa, selasa ke rabu, rabu ke kamis, sampai saya bosan menghitungnya. Dari musang ke pemira dari pemira ke formatur. Dari dia pontang-panting KPR sampai dia pontang-panting formatur. Sungguh, lucu sekali manusia ini. Dia ketum saya yang mengkoordinir tim formatur ini. Itu baru satu orang. Ada lagi yang sibuk dengan ON LINE di sekre. Entah jalan-jalan kemana dia seharian di dunia maya. Tiap saya bukachatdi facebook, pasti ada nama-nya dan bullet hijau di sebelahnya. Di antara porak-poranda mata kami yang kabur dan pikiran yang sudah melayang ke kampung halaman, masih ada saja yang bersitegang dengan proposal PKL. Bolak-balik ke ruang dosen, nge-print, OL, ngetik, ngeprint, ke ruang dosen, OL, ngetik, ngeprint, dan seterusnya. Yang lebih ironi adalah ketika harus merasakan sen-di-ri. Dengan suara riuh di balik hijab, yang saya tak paham dengan pembicaraannya itu -dan emang gak perlu tau-. Saking berhari-hari kami semedi di sekre, kayaknya tembok, galon, loker, hijab, gorden, karpet, sapu lidi, papan tulis dan spidol sudah hapal betul dengan kami. Sampai tragedi motor jatuh dan helm pecah.

Baru kali ini saya syuro dari senin ke senin lagi. Ditemani leptop tua HP 520 (thanks ya piii :D) dan hotspot agribisnis1 yang kadang disconnected mulu. Dan kalau dihitung-hitung, saya menghabiskan dua bungkus tissue indomaret travel pack sama satu bungkus tissue tessa travel pack 50 sheets -pantesss banyak sampah tissue di sekre-. Baru kali ini juga syuro yang kalo dibuka, ga mulai-mulai. Tapi kalau dipending malah tiba-tiba ada yang buka syuronya. Hahaha.

Inilah [mungkin] yang menyebabkan kami tidak sanggup berlari. Kami ini sekelompok kader sok tau yang hendak menyusun batu bata peradaban menuju kampus Islami 2015. di tangan kami hanya ada setiupan angin dan cahaya lampu. Tak lupa lantunan Quran dan kultum, serta keberkahan musang GAMAIS [insya Allah] menjadi bekal bagi kami. Ya, hanya itu saja. Kami meng-istilahkan ini dengankita memulainya dari nol. Saya sepakat betul dengan kalimat barusan. Tanpa aba-aba, kami mulai berjalan. Asal lambat tapi tetep dahsyat.

Bab demi bab kami lalui dengan penuh pelajaran. Ketika syuro harus dipending karena keimanan yang kian labil, air mata yang harus terpecah [juga] setelah sekian lama berupaya tsiqoh dengan saudaranya, sampai tausiyah-tabayun-prasangka-atau apalah itu namanya juga dibawa-bawa. Atau ketika kesabaran menjadi modal utama, karena kami saling berhadapan dengan manusia, bukan malaikat. Menghadapi manusia sariawan dan dilema keputusan, menggunakan prasangka yang bening itu lebih baik. Saya harus menghentakan kepalan tangan ke tanah beberapa kali ketika [rasanya] manusia di balik hijab sana telah lebih cerdas mengambil kesimpulan dan keputusan. Tanpa tau dan coba mencari tau apa yang sedang saya [kami] rasakan. Huh,
padahal besok deadline tapi kami masih berharap malam sabtu tak segera datang. Tapi apa mau dikata, ternyata berharap hari ini selesai, ehhhh, sampai senin juga masih ketemu kalian lagi. Huks. Ini memang masalah waktu, apalagi ketika kami beranjak menuju satu departemen berjudul 'kaderisasi'. Harusnya biasa saja, tapi entah kenapa Allah ingin kami bersikap sabar, dewasa dan memiliki hati yang bersih. Tiba-tiba kami harus berhadapan dengan penarikan keputusan/peninjauan kembali, pelobian berkelanjutan, bertemu dua orang yang bersikeras dengan keinginan. Mencoba teguh dan kuat, ber-argumen a-z. Tapi mungkin kami lupa untuk menyandarkan ini pada Allah. Toh pada akhirnya hati manusia juga digerakkan oleh Allah. Jadi tak perlu saya mengambil kesimpulan berupa kesombongan. Memang siapa saya????

Dan ketika satu persatu kami melihat nama-nama generasi baru. Yahh, bicara amanah tentu bicara juga tentang tsiqoh. Harus yakin sepenuhnya, menerima seutuhnya mereka yang akan berjuang satu kereta dengan kami yang ada di sini. Rasanya, di senin sore ini masih ada kelegaan yang belum tersampaikan. Mungkin nanti, kami harus menunggu Jumat, 9 Maret 2012 itu tiba. Dan selesailah sudah tugas kami. Maka kembalilah kami dengan tugas yang lama.Innama'al usrii yusroo. Di mekkah, di madinah, di badar, di manapun itu... selama ma'iyyatullah itu, Allah itu, Rasulullah itu, selalu ada di hati, lisan, otak dan sikap kami. Insya Allah. Seratus persen saya yakin, visi besar kita, Kampus Islami 2015 itu tak sekadar gurauan. Let's move ikhwah, sejarah itu sekarang ada di tangan kita. Tangan-tangan berhiaskan syurga. Aamiin....















apapun... Allah gak akan lupa nyatet. Syurga itu pilihan bukan tiba-tiba.
Uhibbukumfillah. Ayolah, kita bissssa!!!
Tag : refamorfosis
0 Komentar untuk "Jatuh Bangun Formatur"

Back To Top