sore, saya hanya bisa mengintip dari sepotong jendela kamar yang terbuka. sepoi-sepoi angin juga asalnya dari kipas angin biru di seberang kasur. kasur yang sejak sehari kemarin mungkin bosan di-usel-usel. banyak pikiran yang melayang-layang di kepala tapi hanya beberapa senti saya berjalan menyeret-nyeret kaki yang masih belum kuat diajak berlari. sepenggal lirik hawari-jalan kehidupan agaknya membantu saya terbangun sedikit demi sedikit. mungkin saya butuh beberapa tablet enervon-c, atau mungkin penambah darah. atau mungkin saya hanya butuh 'udara segar'. lagi-lagi berspekulasi. yaa lumayan dari pada hati saya melulu menggantung dan suudzon sama semua orang.
ngomong-ngomong soal apa yang ada di kepala saya.. ehm, saya pingin nasi goreng sama es teh yang ada di depan perumahan kepuh permai itu ditambah batagor. heummm. sepanjang jalan raya sidoarjo yang jauuuuuh dari pelosok kosan saya ini emang banyak anjungan wisata kuliner. lebih dari soal makan memakan, jauh di ujung ubun-ubun kepala saya ada pekerjaan rumah yang kalo ditimbang-timbang, ehm.. lumayan buat getok paku *hueks
pikiran saya kembali teringat beberapa waktu silam, ketika hujan gerimis menitik-nitik di kerudung yang mulai ikut gelap karena adzan magrib mulai menyala-nyala. tahukah, ada sebisik kesal yang saya elu-elukan dalam hati. ketika harus menerima namun tidak pada tempatnya (baca: keinginan). ketika harus berjalan dengan angka nol, sedang kitaaa benar benar dalam kondisi nol. ketika harus menghadapi manusia-manusia egois dan bahkan satanis. ketika harus berjumpa dengan parasore yang menyebalkan, memaksa dan menghancurleburkan mood secara eksplisit. ketika harus disibukkan dengan satu dan sepuluh hal secara bertabrakan. ketika harus diinjak-injak harga diri dan mengikhlaskan semua kondisi semata pada Allah. ketika harus bergerak tapi hati, mata, jiwa, ruh dan bahkan kaki seakan tak ingin. ketika semua menjadi salah dan ruhiyah semakin kalah. ketika ukhuwah memerah dan semua berada pada rongga dada yang makin sempit. hati teriris, keimanan terkapar.
ahh siapa saya sampai-sampai harus petantang-petenteng dengan sok-sokan punya bejibun masalah yang ruar biasa, padahal hanya dengan sedikit mandi sore biar segar, wangi dan cantik ditambah bernyanyi-nyanyi di balkon atas kosan sambil menikmati angin sore yang begitu kaya oksigen, plus yang paling penting adalah senyum cantik menawan. triiiiiing hilanglah semua cemas. lenyaplah gundah. apalagi ditambah sholat maghrib berjamaah di mafaza, dan pulangnya beli jus mangga di belkamp. rasanya, cincai lah itu masalah. tak perlu gonjang-ganjing di facebook apalagi histeria di rumah orang.
sebetulnya, bukan hal sulit untuk 'menghabiskan' masalah-masalah yang suka tak suka hadir di depan mata. hanya saja, kesulitan terbesar adalah kita tak mampu ikhlas menerimanya. jadiii, bersenyum dulu dan berlariiiii sejaaaaaaaaaaaauh mungkin, lemparkan semua masalah dan hirup udara segar!
maghrib ke-14 di tanah sidoarjo
ngomong-ngomong soal apa yang ada di kepala saya.. ehm, saya pingin nasi goreng sama es teh yang ada di depan perumahan kepuh permai itu ditambah batagor. heummm. sepanjang jalan raya sidoarjo yang jauuuuuh dari pelosok kosan saya ini emang banyak anjungan wisata kuliner. lebih dari soal makan memakan, jauh di ujung ubun-ubun kepala saya ada pekerjaan rumah yang kalo ditimbang-timbang, ehm.. lumayan buat getok paku *hueks
pikiran saya kembali teringat beberapa waktu silam, ketika hujan gerimis menitik-nitik di kerudung yang mulai ikut gelap karena adzan magrib mulai menyala-nyala. tahukah, ada sebisik kesal yang saya elu-elukan dalam hati. ketika harus menerima namun tidak pada tempatnya (baca: keinginan). ketika harus berjalan dengan angka nol, sedang kitaaa benar benar dalam kondisi nol. ketika harus menghadapi manusia-manusia egois dan bahkan satanis. ketika harus berjumpa dengan parasore yang menyebalkan, memaksa dan menghancurleburkan mood secara eksplisit. ketika harus disibukkan dengan satu dan sepuluh hal secara bertabrakan. ketika harus diinjak-injak harga diri dan mengikhlaskan semua kondisi semata pada Allah. ketika harus bergerak tapi hati, mata, jiwa, ruh dan bahkan kaki seakan tak ingin. ketika semua menjadi salah dan ruhiyah semakin kalah. ketika ukhuwah memerah dan semua berada pada rongga dada yang makin sempit. hati teriris, keimanan terkapar.
ahh siapa saya sampai-sampai harus petantang-petenteng dengan sok-sokan punya bejibun masalah yang ruar biasa, padahal hanya dengan sedikit mandi sore biar segar, wangi dan cantik ditambah bernyanyi-nyanyi di balkon atas kosan sambil menikmati angin sore yang begitu kaya oksigen, plus yang paling penting adalah senyum cantik menawan. triiiiiing hilanglah semua cemas. lenyaplah gundah. apalagi ditambah sholat maghrib berjamaah di mafaza, dan pulangnya beli jus mangga di belkamp. rasanya, cincai lah itu masalah. tak perlu gonjang-ganjing di facebook apalagi histeria di rumah orang.
sebetulnya, bukan hal sulit untuk 'menghabiskan' masalah-masalah yang suka tak suka hadir di depan mata. hanya saja, kesulitan terbesar adalah kita tak mampu ikhlas menerimanya. jadiii, bersenyum dulu dan berlariiiii sejaaaaaaaaaaaauh mungkin, lemparkan semua masalah dan hirup udara segar!
maghrib ke-14 di tanah sidoarjo
Tag :
Random
0 Komentar untuk "bersenyum dan berlari lebih jauh"