Ini sungguh hanya masalah diam, tak bernyawa meski langit sudah roboh berkeping-keping. dibawanya malam dan siang, tak juga bangun dari lapak mimpinya. Hidup memang keras dan tak ada yang menampik itu bahkan SBY sekali pun. oke, beberapa hari ini saya betul membuktikan. betapa bertambah sedihnya saya ketika banyak orang tertawa padahal maut sedang mengejarnya. banyak orang menggebrak meja padahal pahala masih bersesak penat dengan dosa-nya. banyak juga orang yang makin malas... malas dengan ilmu, malas dengan juang, malas dengan sholat, malas dengan infaq. ah ya, siapa saya senang sekali mengkritik orang banyak. lupa. maap maap. sekali lagi, saya hanya melihat dengan kepolosan absolut bahwa dunia tak pernah mengizinkan orang baik hidup dengan tenang. ya iya laah, fitrah itu bakal dibawa sampe liang lahat.
siang itu dimulai dengan...
"JIL MEMBUBARKAN FPI??"
dilanjut...
"BBM NAIK SBY TURUN"
kemudian...
"TOMCAT MENYERANG PENDUDUK SURABAYA"
hingga hari itu tiba dan penduduk kampus ujung sampe kampus pojok jotos-jotosan. semua dipertaruhkan, mulai dari hak... kewajiban... kepentingan... eksistensi... gengsi... nilai jual... harga diri... jabatan... suara... SK... persma... penting-kah?
saya bukan siapa-siapa yang mampu menginterpretasikan momen PEMIRA dengan baik di kampus saya. tapi yang paling saya benci adalah ketika PEMIRA membuat kita terlalu menggebu-gebu dan lupa dengan emblem-emblem lainnya. adakah sejarah yang mencatat salah satu dari kita mengalami depresi? ada. itu kemarin... baru saja... ketika pelan-pelan kita mencoba membunuh rasa PEDULI, hanya satu hal yang kita tau: menang. berjibaku dengan menganakpinakkan kuantitas bukanlah masalah, tapi malu rasanya ketika saya ditanya: kemana mereka? ah, dinamika memang selalu menjadi jawabannya. inilah otoritas hati untuk menghakimi sendiri (read: introspeksi)
saya berpikir keras beberapa hari ini, batu lawan batu adalah lenting tidak sempurna. mereka hancur. hanya ada satu yang kekal. ALLAH. ehhh, sayangnya... mau sholat magrib aja kudu ngelus dada. tapi ini bukanlah hal lebay yang perlu berlarut-larut kita gosipin.. di kelas.. di teras mushola.. di kosan.. di warung makan.. biarkan ia mengalir bersama liukan air menuju muara-nya. dan terus begitu. karena saya menyimpulkan, kampus adalah dunia yang sangat menyenangkan untuk gontok-gontokan. biarkan ia ribut dan menggaduh segaduh-gaduhnya, jangan biarkan kampus ini sepi dan termakan sistem akademik yang padat merayap. inilah yang saya suka dari PEMIRA, kami belajar menjadi besar dari sini.
11:55 PM, widyapuri's house
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Pemira"