Aku yakin . . .
Bahwa bintang sedang tersenyum beberapa hari terakhir ini.
Meski hujan angkuh.
Meski ozon tak lagi utuh.
Meski debu menyebabkan kerentaan makin tampak tua.
Tapi, aku yakin...
Bahwa bintang sedang tersenyum beberapa hari terakhir ini.
Karena, aku mendengar puluhan langkah kecil menari-nari di atas
angin.
Riang. penuh dengan getar.
Tentu bukan getar gemerincing gelang kaki emas.
Atau nokia qwerty.
Ah, apalagi getar skateboard.
Ini adalah getar lapar.
Setelah dunia sukses mencaci tanpa memberi solusi.
Kehilangan makna, apa itu Ayah.. apalagi Ibu..
Menangis tak berbeda dengan tawa.
Gemerincing logam, receh, kertas kumal, pakaian dekil, sandal
lusuh. bau. jauh dari martabat seorang anak.
Kali ini, kolam susu hanya bualan.
Apalagi gemah ripah loh jinawi.
Hanya ada se-benak pada-nya.
Sesuap nasi setiap malam. kardus lima inchi. tutup botol limun.
Semua berjalan tanpa belas kasihan. bahkan mata menyorot iba pun
tak ada.
Setiap larinya, getarnya, aku tau. tentu sakit. panas. kecewa.
hanya berharap Tuhan segera mengambilnya ketika dosa masih polos tak bebercak.
Dik, aku dengan penuh cinta. ingin sekali menghimpun kau... kau...
dan semua kau yang berserakan di tepian kota.
Karena aku yakin,
Bahwa bintang sedang tersenyum beberapa hari terakhir ini.
Maka, kau pun mampu merasakan senyumnya dik,
Merasakan betapa indahnya seorang kakak.
Merasakan betapa hangatnya rumah dengan atap, jendela, dan lantai
tanpa kardus.
Merasakan juga nasi yang baru saja menguap-nguap di atas dandang.
Merasakan mimpi soekarno untuk memandirikan bangsa besar ini.
Dan, merasakan juga. Bahwa Tuhan selalu mencintaimu.
Widyapuri 19/6
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Getar Gemerincing"