Memimpin Para Pemimpin




Coba perhatikan soal SNMPTN, apakah ada soal ujian masuk SMP disana? Tentu tidak… karena kita telah melewati ujian tersebut. Sama hal-nya ketika Allah menguji hamba-Nya. Pertama, ujian adalah gerbang kenaikan tingkat. Kedua, Allah menguji pada titik terlemah kita. Ketiga, Allah akan terus menguji kita pada kesulitan yang sama, sebelum kita mampu melewatinya. Dengan SABAR, IKHLAS, dan PENGORBANAN tentunya. Bersabar untuk tidak menyerah pada kesulitan, ikhlas terhadap skenario Allah yang jauh lebih indah dari rencana kita. Dan berkorban atas keinginan-keinginan yang belum tentu, merupakan baik bagi kita. Sekali lagi, Allah Lebih Tahu.

Pada posisi prajurit, ujian baginya adalah untuk bergerak seluas mungkin, karena mereka-lah brigade teknis yang melaksanakan titah pemimpin. Maka, prajurit pun butuh ‘percaya’ pada pemimpinnya. Terjaga dalam percaya, terjaga dalam semangat. Bersabar atas waktu yang panjang dalam rangkaian kerja. Ikhlas mencintai amanahnya, mencintai saudaranya dalam satu barisan pejuang, mencintai amanahnya meski berat, letih, penat. Ya, mencintai amanahnya, mulai dari manisnya hingga pahitnya. Prajurit, pengorbanannya adalah pada waktu, pada usia, pada harta, pada fikiran, bahkan nyawa. Jika terus prajurit ini bekerja dengan sabar, ikhlas, dan pengorbanan… lihatlah sebuah prototype prajurit yang dipimpin Muhammad Al Fatih ketika menaklukan Konstantinopel 560 tahun silam. Impian besar yang dibangun bersama, adalah keniscayaan untuk tercapai. Bangunlah pekerjaan kita dengan cinta.

Pada posisi pemimpin,  tidak ada jeda untuk berleha-leha. Pikirannya adalah ummat, langkahnya adalah ummat, waktunya adalah ummat, kerjanya adalah ummat. Seakan seluruh atau sebagian hidupnya, adalah untuk ummat. Karena pemimpin adalah suara komando yang mampu menggerakkan para prajurit. Maka, isi kepalanya adalah urusan ratusan bahkan jutaan manusia. Paling tidak, bagaimana bisa menyolidkan jundi-jundi-nya.urusan pemimpin adalah internal dan eksternal. Mana bisa tenang seorang pemimpin yang hendak ekspansi namun ternyata rapuh jundi-nya. Karena sejatinya, kekuatan seorang pemimpin juga bersumber dari semangat dan soliditas prajuritnya. Porsi kerja antara pemimpin dan yang dipimpinnya adalah 70:30. Maka… pemimpin lah yang paling sedikit tidurnya, yang paling sedikit mengeluhnya, yang paling besar militansinya, yang lebih kuat ruhiyahnya, yang lebih khidmat keilmuannya. Karena, pemimpin yang baik adalah teladan yang baik bagi orang-orang yang ia pimpin.

Mudah saja, memimpinlah dengan cinta. cinta lagi? Ya, karena pekerjaan kita akan kosong jika memimpin tanpa mencintai yang dipimpinnya. Maka, bekerjalah engkau wahai pemimpin dengan dasar mencintai amanahmu, dan mencintai prajuritmu. Bersabarlah atas amanah yang Allah lebihkan atasmu, dan bertahanlah, hadapilah, karena pengorbananmu tentu jauh lebih besar.

Nah, Memimpin para pemimpin?


Tag : Random
0 Komentar untuk "Memimpin Para Pemimpin"

Back To Top