Hujan.
Terimakasih telah mengajarkan sabar. Menjabarkan belajar. Mengurai iya untuk tidak, dan sebaliknya. Nasehat rintik yang lebih tajam dari daur kehidupan. Membuat gravitasi mengalah pada daya gerak. Ya, bergerak.
Hujan. Membuat detak, detik, dan ketuk tetiba berpindah dari tempatnya. Membuat seorang princes pemalas terbangun dari hibernasinya. Semua bergerak dalam tempo per debit hujan sore itu. Ada yang bergerak menyelamatkan cucian, ada yang bergerak menyelamatkan sepatu, ada yang bergerak mencari kanopi, ada yang bergerak pulang. Dan, ada yang bergerak menyelamatkan diri dari pohon rubuh.
Hari ini, hujan menyisakan pemandangan yang -kalau boleh meminjam bahasa ebiet g. Ade- Getir. Selepas hujan agak mereda, yang ada di kepala saat menyusuri jalan soeparno-grendeng adalah, "resident evil" XD
Bayangkan. Air masih deras mengalir dengan bebasnya, menuruni dataran aspal dari baturraden hingga grendeng. Sementara beberapa pohon, tumbang. Membuat lanskap berantakan. Ranting dan dedaunan berserakan seenaknya. Kerikil hingga batu seukuran setengah telur ayam, terkapar di tengah jalan, di sisi jalan, dimana-mana. sepi. Wajah datar tampak beberapa di bawah kanopi, di dalam toko, di teras masjid. ya, datar.
Kalau khalifah umar ra. menemukan seorang pedagang yang melebihkan timbangan adalah penyebab satu kali gempa bumi. Maka terjawab sudah, mengapa akhir2 ini seringkali kami ditimpa badai hujan dan angin (banyak maksiat.red)
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Getir"