Impor, pakabar?








ceritanya lagi mengenang 2 tahun PKL di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. itu foto deretan sampel produk impor dari macem-macem negara, yang setiap hari datang dan diantar langsung dari tanjung perak. untuk selanjutnya di uji hama penyakit-nya di laboratorium. saudara, itu baru sampel produk hortikultura ya. dan baru satu balai karantina. dan baru sampel pagi, biasanya akan bertambah lagi nanti. saya sebagai civitas PKL sih gak masalah dengan kerjaan pengujian laboratorium. that's my passion. tapi yang buat kepikiran ialah, asal muasal sampel tadi.

satu bungkus sampel tadi mewakili satu produsen yang bisa jadi satu produsen mengirimkan satu jenis produknya dalam satu atau lebih tronton/kapal. jika dalam satu hari saja balai karantina menerima 11 bungkus sampel, artinya di tanjung perak atau kargo nya juanda sudah berjejer ton-ton-an produk pertanian impor. kalau dikalikan 6 hari kerja? kalau dikalikan 5 balai besar karantina pertanian? ini contoh hitungan statistiknya: "Untuk impor beras saja, selama Januari-Juni 2013, tercatat sebesar 239 ribu ton atau US$ 124,4 juta. Sementara itu, jagung impor masuk ke Indonesia selama Januari-Juni 2013 tercatat 1,3 juta ton atau 393 juta dolar AS. Demikian pula dengan impor kedelai, periode Januari-Juni 2013 adalah 826 ribu ton atau 509,5 juta." (Republika.co.id) *uwoooow*

nah, pertanyaannya, kalau impor sebejibun itu, siapa yang diuntungkan? jelas importir. yang dirugikan? jelas petani. yang selama ini terkenal miskin? jelas petani. yang kaya? jelas improtir. sederhananya, kalo impor pangan/pertanian -legal ataupun ilegal- makin lancar di Indonesia, yang miskin akan tambah miskin. yang kaya makin kaya. is it fair??

well, sebagai bocah sekolahan macam saya yang gak tau teknis regulasi dan lobi-lobi di gerbang impor sana -yang setau saya buka tutup kran impor diatur oleh kementerian perdagangan- sangat mudah menyimpulkan bahwa impor sungguh menyakitkan dan merugikan petani. alasan perubahan iklim, opt, dan keterbatasan lahan sehingga perlu membuka kran impor produk pangan/pertanian dapat lah diterima sementara. ke depan, saya yakin kok dengan kerja keras dan kerja sama pemerintah + akademisi, kita bisa support petani agar sejahtera. etapi, para importir juga harus adil dan ikhlas, tidak melulu mempertahankan impornya hanya dengan asas profit semata. kalau mereka terus mempertahankan, cara apa saja bisa mudah dilakukan, semacam lobi-lobi bernuansa KKN dengan mendag #eaa. makanya, pas nanti pemilu 9 april pilih partai yang paliiiiiiiiing dikit indeks nyari duitnya a.k.a korupsinya. 

kesimpulannya adalah: kita perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja IKHLAS. bukan hanya untuk menuhin kantong sendiri, tapi juga untuk buruh tani, buat hajat hidup orang banyak. Clear your mind with Can't kita bisa!!




Tag : Inspiration
0 Komentar untuk "Impor, pakabar?"

Back To Top