One Day Travelling, Surabaya - Setelah nyobain asiknya malam di taman mundu, saya berkeliling Kota Surabaya. Di Kota seribu taman itu, finally saya bisa nyium lagi aroma kota yang sejak dua tahun ini, saya agak lupa gimana rasanya bermacet-macetan, panas-panasan, gojek-gojekan, dll. Dua tahun di mana saya berasa nyaman banget tinggal di desa yang jauh dari traffic jam. Meskipun sama panasnya dengan kota, tapi gak ada suara bising dan polusi yang tambah bikin 'panas'.
Oke, dua hari itu saya ngelupain sejenak tenangnya desa
gampeng, dan ngebolang ke Surabaya. Menurut saya, Surabaya epic banget loh. Ini
adalah kota besar namun dalam saat yang bersamaan, rasa medok jawa nya ituuu
bikin saya merasa tetep ada di desa. Budaya-budaya kejawatimuran juga masih
khas banget di sini. Yang lebih asik lagi, masih ada sisa-sisa peninggalan
jaman perang melawan Belanda dulu. Nah, selama satu hari saya banyak belajar
sejarah dari kota yang satu ini.
Jembatan Suramadu
Selesai sarapan, saya, om, dan anaknya berangkat pake motor
sekitar jam 7.30 pagi. Tujuan pertama kami adalah jembatan suramadu. Kata om
saya, dari Bogen, tempat tinggal om, gak sampe setengah udah bisa sampe
suramadu. Whoaa that was my very first time ngelintas di jembatan laut itu. Dan
bener aja, sambil sibuk foto-foto sepanjang jalan, tau tau udah ada di pintu
masuk Suramadu. Mungkin karena weekday, jadi sepanjang jalan menuju jembatan
masih sepiii banget. Banyak warung yang jual makanan dan asesoris tapi masih
tutup, dan motor om langsung menuju pintu masuk. Karena kami naik motor, sesuai
peraturan terbaru, kami tidak dikenakan biaya masuk. So, kita bisa langsung cus
ngelewatin jembatan.
Berada di sepanjang jembatan, rasanya kayak, wah kok bisa ya
orang bikin jembatan di atas laut begini. Tiang-tiang tinggi ala tokyo rainbow bridge
bikin saya makin waaaahhh instagramable banget. Apalagi langit surabaya pagi
itu lagi cerah-cerahnya. Sayangnya kita gak boleh berenti di tengah jalan,
karena motor di sana jalannya ngebut ngebuuut banget. Rawan keserempet.
Ekecuali kalo berentinya rombongan. Hihi. Dan, hati-hati juga dengan angin dari
bawah jembatan. Di cuaca normal aja, anginnya gede banget. Maka sebaiknya kita
gak ngebur-ngebut di jembatan Suramadu. Apalagi dengan pemandangan ya g priceless
gini, sayang ah kalo ngebut, kan jadi gak bisa nikmatin perjalanan.
Tak terasa, 60 KM sudah kami lewati, dan taraaa sampe juga
di Madura. Karena gak ada tujuan apa-apa ke kota karapan sapi itu, akhirnya
kami langsung muter balik. Hahaha, iye banget bener-bener cuma lewat trus balik.
Nah, beruntungnya kami, pas di perjalanan arah pulang, tiba-tiba ada banyak motor yang berenti di pinggir sambil foto-foto ke bawah jembatan. Dan oooh ternyata
ada om om TNI Angkatan Laut yang lagi latihan. Mereka, om om ini adalah siswa
sekolah TNI AL. Kata om saya, mereka lagi final test gitu. Dan menariknya buat
kami para civilians, final test mereka harus berenang menyebrang di bawah
jembatan Suramadu, yang berarti mereka nyebrang laut dari Surabaya ke Madura. WOW!
Tugu Pahlawan
Usai foto-foto di sepanjang Suramadu, kami melanjutkan
perjalanan ke Tugu Pahlawan. Katanya, kalau gak mampir ke Tugu ini berarti belum
ke surabaya. Karena tugu ini adalah khasnya kota surabaya sebagai kota
pahlawan. Pertama masuk ke area tugu pahlawan, saya disambut relief di dinding yang
bercerita tentang sejarah kepahlawanan yang terjadi di Kota Surabaya. Hari itu,
tugu pahlawan sepiiii banget. Cuma ada kami bertiga, ibu-ibu yang lagi nganter
anaknya study tour ke museum 10 November, mas-mas dan dua mbak yang foto-foto
plus anak-anak SD yang main bola di lapangan tugu pahlawan.
Ada satu spot yang saya suka. Semacam taman yang bangkunya tampak
terbuat dari batu, lalu di sekelilingnya bunga-bunga dan tanaman hijau. Di
sepanjang lobi menuju taman, ada kanopi yang dipenuhi taman berbunga yang
menjalar. Di dalam taman, ada total 6 patung pahlawan dengan keterangan
tertulis di batu marmer. Karena sepi, rasanya sangat khidmat memandang para pahlawan
itu. Ditambah lagi, bunga-bunga kamboja berwarna pink yang berjatuhan secara
random di lantai taman berpaving block batu.
Tepat di tengah antara dua taman yang kira-kira kalau difoto
dari atas akan berbentuk lingkaran gak sempurna, ada tugu pahlawan yang saya
kira dibangun oleh pemkot surabaya modern sebagai penghormatan pahlawan. Ternyata, tugu
pahlawan sudah dibangun sejak tahun 1952 dan masih kokoh berdiri hingga hari
itu saya foto-foto di bawahnya. Suasana sepi dan khidmat pagi itu, makin syahdu
ketika di belakang tugu ada monumen untuk para pahlawan yang tidak dikenal tapi
ditemukan jasadnya di sekitar tugu pahlawan ketika masa-masa penjajahan silam. Meski
cuma monumen, saya jadi ingin menundukkan kepala dan berdoa untuk mereka yang
rela jasadnya bersakit-sakit hanya untuk membuka lembaran baru bagi Indonesia. #mengheningkanciptamulai
Museum 10 November
Museum ini tepat berada di dalam area Tugu Pahlawan. Ternyata,
sejarah dan foto-foto Tugu Pahlawan setinggi 41,15 m itu ada di dalam museum. Mulai
dari pertama Tugu Pahlawan dibangun, sekitarnya masih lapangan biasa, biasaaa
banget. Lalu mulai ada pagar, sampai hingga hari itu saya menginjakkan kaki di
Tugu Pahlawan. Selain tentang sejarah Tugu Pahlawan, saya juga mendapati banyak
barang-barang bersejarah para pahlawan di Surabaya dulu, kayak kamera, uang
jadul, sepeda ontel, senapan, P3K masa perang, dll. Museum ini ada dua lantai.
Di lantai pertama, sebelum pintu masuk ruang utama kita akan disambut dengan
ukiran dinding pepatah kepahlawanan yang saya lupa bunyinya. Huks. Lalu ada
foto-foto Surabaya dan para pahlawannya. Masuk ke dalam ruang utama, saya
langsung disambut patung pahlawan yang sedang berdarah-berdarah, ceritanya lagi
dalam perang, saya lupa nama patung pahlawannya. Huks *maklumotakbatagor*. Di
lantai pertama ini, lebih banyak gambar dan replika atau patung pahlawan. Ada
juga diorama Bung Tomo yang sedang orasi, dan memang aslinya, di akhir pidato
beliau berseru "AllahuAkbar... AllahuAkbar..." Masyaa aallah,
merinding.
Dan lebih merinding lagi ketika sampai di lantai dua, saya
memasuki ruangan khusus diorama. Ruangan yang tidak terlampau besar, lampu remang-remang
ala rumah setan, diorama yang persiiis banget asli, seakan-akan membawa
penontonnya masuk ke dalam diorama itu, dirambah lagi audio dari diorama yang
sekali setel, kalo lagi bengong bisa sampe bikin loncat *iyaguedoang,yanglaenmahkalem*.
Di luar ruang diorama, ada piramid terbalik yang tergantung di langit-langit.
Puramid ini berisi gambar-gambar pahlawan yang berjasa dalam kemerdakaan
Indonesia. Di sisi kanan kiri lantai dua ini, lebih banyak memamerkan benda dan
alat-alat yang digunakan jaman dulu, terutama untuk perang. Puas banget deh
belajar sejarah di museum 10 November :)
PS: untuk anak SD sampai dewasa, masuk museum 10 November
bayar ya, 5000 apa 10000 gitu, sedangkan anak di bawah usia SD, gratis masuk. *Hiks,
maafkan gue yang serba lupa*
Museum Kota Surabaya
Namanya juga kota pahlawan, kalo saya sih mendengar sebutan
itu langsung kebayang dengan sejarah. Berhubung masih punya jiwa sejarawan,
saya, sepupu dan om langsung menuju museum berikutnya yaitu museum kota Surabaya.
Berbeda dengan museum 10 november yang berasa banget khidmatnya sebuah museum,
yang satu ini gedungnya tergabung dengan gedung dispendukcapil Kota Surabaya, jadi
suasananya agak ramai dan lebih mirip dengan "pameran barang antik".
Meski begitu, masuk ke museum ini gratis lho. Dan disambut ramah sama mas-mas
penjaga pintu. Hihi. Di dalam area terbuka yang disebut museum ini, saya
berjumpa dengan benda-benda antik yang jaman dulu (mungkin) digunakan oleh
pemerintah surabaya, dari dinkes, sampai damkar. Saya melihat ada lemari antik, ada mesin rontgen, dudukan pasien di dokter gigi, uang
kuno, jam kuno, peta kuno Surabaya dari masa ke masa, naskah kuno yang masih dalam bahasa
belanda, banyak banget deh. Dan yang menarik juga, ada jejeran foto walikota
dari walikota jaman Belanda sampai sekarang, bu Risma. Dan gak ketinggalan, ada
juga gambar-gambar puluhan taman yang diracik apik oleh Bu Risma. Maklum, bu
Wagiman (walikota gila taman) ini emang jagonya bikin kota seribu taman.
Keluar dari museum Kota Surabaya, sambil jalan pulang dan
mengicip lumpia di pinggir jalan, saya sempat juga mengambil foto-foto bangunan
bersejarah di Surabaya. Meskipun ada satu foto bangunan bersejarah yang saya
juga lupa gedung apa ituh. Gubrak *fiksguebutuhaqua*. Ada hotel oranye yang
terkenal. Hayooo siapa yang gak tau Hotel Oranye? Ini adalah hotel tempat
perobekan bendera belanda (merah putih biru) menjadi bendera Indonesia (merah
putih) oleh pemuda pemberani, arek-arek Suroboyo. Ada juga gedung BNI yang
ikonik banget, museum Bank Indonesia , dll. Kalo mau ditelusuri
sih, masih banyak gedung bersejarah atau gedung yang masih menyisakan kekhasan kolonial,
meskipun sudah berubah fungsi ataupun sudah tidak digunakan lagi.
Nah itu dia cerita one day travelling di Surabaya. Ini
ceritaku, mana ceritamu?
Tag :
Travelling
2 Komentar untuk "One Day Travelling, Surabaya"
thanks sharingnya mbak
btw ngga main2 ke Surabaya North Quay? keren banget
Wah dimana tuuh? Baru tau juga ada SNQ. Bolehlaah kapan2 ke sana 😁