Pernah suatu hari,
saya update Instagram dengan caption kurang lebih begini: "Jodoh itu
seperti varietas tanaman, tidak ada yang paling baik, tapi yang paling
cocok". Pagi itu, saya secara spontan update caption macam kompor gas
begitu karena lagi ikut seminar Proteksi Tanaman yang bertema Penyakit Blas.
Menurut narasumber, perakitan varietas tanaman sebetulnya harus sesuai
kebutuhan, harus sesuai lingkungan tempat benih akan dibudidayakan, jadi
sebetulnya kalau mau cari varietas tanaman bukan soal yang paling baik, tapi
yang paling cocok. Bisa jadi, varietas A kata sales marketingnya top markotop
se-Indonesia, ga ada yang lebih bagus dari A. Tapi, nyatanya hasil produksi A
di Sulawesi setengah dari hasil produksi di Bali. Nah, karena apa? Tidak lain
dan tidak bukan, si A emang cocok dengan makroiklim Bali. Nah nah nah, kan,
sama halnya seperti Jodoh. Mau nyari seribu tahun lamanya, Mau nyari dari Bogor
ke Lithuania trus balik lagi ke Dramaga, kalau gak cocok ya ga akan ketemu.
Lantas, setelah buka-buka lagi feed Instagram, saya jadi memikirkan
quotes Bapak Narasumber itu. Lalu saya tetiba teringat juga quotesnya mas-mas
di sebuah film Indonesia di R*TI. Honestly saya lupa banget judulnya, karena
entah kenapa pas banget nyalain TV, yang keluar adalah adegan quotes mas itu.
Saat itu, seorang mas ganteng bertamu ke rumah (ceritanya mahasiswa bimbingan)
seorang perempuan bernama (sebut saja Mentari). Mas ganteng surprisingly
ngelamar mbak Mentari sore-sore, padahal baru juga ketemu beberapa kali, well, mbaknya
emang cantik sih. Lalu mbak Mentari tanya ke mas ganteng, "Kenapa Masnya
mau ngelamar saya?" Mas ganteng pun menjawab ala ala skenario "Saya
pernah dengar sebuah kisah, ada seorang Pria yang mencari rantng di hutan untuk
dijadikan kayu bakar. Tentu ia mencari kayu terbaik, yang besar dan bagus. Pria
itu terus berjalan dan tak lama ia menemukan sebuah ranting, lalu diambilnya
dan dilihat ranting itu. Lalu ia meletakkan kembali ranting itu sambil berkata
"ah, di depan pasti masih banyak yang lebih bagus", kemudian ia terus
berjalan. Ditemukannya kembali sebuah ranting, lalu ia ambil dan lihat lagi.
"Masih kurang bagus, cari lagi saja dulu". Pun ia kembali meletakkan
ranting kedua. Hingga ia menemukan ranting ketiga, keempat, sampai sampai ia
tak sadar sudah keluar dari hutan tanpa ada satu pun ranting yang ia bawa"
(terdiam kayak lagi serius banget) Mas Ganteng melanjutkan "Dan saya ingin
kamu jadi ranting pertama dan terakhir untuk saya" #eaaaa
#gueyangceritajadigakromantis #wkwkwk
Jadi, saat ini saya menyadari betul bahwa Jodoh
bukan hanya soal waktu. Namun dalam proses menunggu itu, ada masa di mana kita
memperbaiki diri agar mendapatkan yang baik pula, dan yang lebih penting: lebih
percaya dan berserah kepada Allah. Bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang
tidak berpasangan. Jodoh yang cocok itu, pasti akan datang di waktu yang tepat.
Udah gitu aja.
Tag :
refamorfosis
0 Komentar untuk "Antara Tanaman dan Jodoh"