Hujan mengajariku sesuatu. sesuatu yang sebetulnya aku tak mau mengerti. darimana harus memulai dan dari sebelah mana harus kubuka engsel pintunya. banyak besi yang berkarat karenanya. juga lembaran rupiah yang basah karenyanya. atap mushola yang tempias juga karenanya. tapi mereka tak pernah mengeluh layaknya kita. butuh A. butuh B. basah. becek. gak ada ojeg. mereka diam-diam berbisik mengajari sesuatu. ikhlas.
yang terkadang mudah bagi mereka. si besi. si rupiah. dan atap mushola. aku terkadang harus mengalah pada mereka, bahkan bumi yang tak pernah protes diinjak-injak miliaran kaki, ban, besi, keujanan, kepanasan. bayangin aja kalau bumi protes. -_-" serem.
Ikhlas. baiklah, aku ajak kau bicara sore ini di bawah naungan hujan. ketika aku terjaga sampai larut dan merelakan bantal, guling, selimut, kasur, mimpi-mimpi, kipas angin. ikhlaskah aku? ketika aku arahkan aliran air keran di sepertiga malam dan rela meninggalkan hangatnya tidurku, rela menggigil dan kedap-kedip kekntukan. ikhlaskah aku? atau ketika harus tersenyum melihat kosan berantakan dan tidak ada yang peduli. ikhlaskah aku? dan ketika kakiku terjebak di ruang sempit bilik warnet untuk mempersilahkan sang hujan bertemu dengan buminya, ikhlaskah aku??
Antara ikhlas dan hujan memang tak dapat dipisahkan. bukan karena aku meneduh dengan ikhlas di bawah guyuran hujan. atau hujan yang ikhlas membiarkan kesejukannya menaburkan rahmat bagi semesta flora dan manusia. lebih jauh dari itu, mereka mengajariku untuk berdiri tegak ketika yang lain mulai merosot (perlahan). berdetik-detik tanpa keluhan dan berlari sekencang-kencangnya. dan memulai semangat seburuk apapun hanya dengan satu kata kunci. Ikhlas.
baiklah, jadi apa yang akan saya sampaikan sore ini??
yang terkadang mudah bagi mereka. si besi. si rupiah. dan atap mushola. aku terkadang harus mengalah pada mereka, bahkan bumi yang tak pernah protes diinjak-injak miliaran kaki, ban, besi, keujanan, kepanasan. bayangin aja kalau bumi protes. -_-" serem.
Ikhlas. baiklah, aku ajak kau bicara sore ini di bawah naungan hujan. ketika aku terjaga sampai larut dan merelakan bantal, guling, selimut, kasur, mimpi-mimpi, kipas angin. ikhlaskah aku? ketika aku arahkan aliran air keran di sepertiga malam dan rela meninggalkan hangatnya tidurku, rela menggigil dan kedap-kedip kekntukan. ikhlaskah aku? atau ketika harus tersenyum melihat kosan berantakan dan tidak ada yang peduli. ikhlaskah aku? dan ketika kakiku terjebak di ruang sempit bilik warnet untuk mempersilahkan sang hujan bertemu dengan buminya, ikhlaskah aku??
Antara ikhlas dan hujan memang tak dapat dipisahkan. bukan karena aku meneduh dengan ikhlas di bawah guyuran hujan. atau hujan yang ikhlas membiarkan kesejukannya menaburkan rahmat bagi semesta flora dan manusia. lebih jauh dari itu, mereka mengajariku untuk berdiri tegak ketika yang lain mulai merosot (perlahan). berdetik-detik tanpa keluhan dan berlari sekencang-kencangnya. dan memulai semangat seburuk apapun hanya dengan satu kata kunci. Ikhlas.
baiklah, jadi apa yang akan saya sampaikan sore ini??
Tag :
Random
0 Komentar untuk "Besi-Rupiah-Mushola; hujan dan Ikhlas"