Kalian mengajarkan kami berlapang dada


malam itu, saya belajar sesuatu. tak hanya butuh intelijensi, analisis tajam dan pemikiran matang. namun, perbaikan dakwah ini butuh dimulai dari hal paling simpel: legowo. atau berlapang dada. ada sesak yang dikeluarkan oleh seorang akhwat di sebelah saya, melihat matanya yang mulai menampakkan kerlingan air mata. ia berkaca-kaca. ia sedang memperjuangkan syiar Islam di kampus nun dekat di sana. kampus yang hanya dibatasi oleh jalan Dr. Soeparno. namun jauh di lubuk hatinya, kampus ini tak pernah dibatasi apa pun. jauh dalam impinya, kampus ini pun punya kapasitas pelayanan syiar yang sama [meski sejauh ini, ia tak merasakannya]. "apapun, akan saya ungkapkan... untuk kampus Islami. karena mereka butuh syiar itu" begitulah ekspresi sorotan matanya.

sampailah pada pintu klimaks. saya pikir, inilah saatnya presidium sebagai pemimpin kami, memakai bashiroh-nya untuk mendamaikan kami dengan rasa. ada sesosok suara yang lepas landas di balik hijab. dan di sebelah saya, muncul ekspresi lain: "sudahlah, saya tsiqoh. apapun yang ia katakan, rasanya tak sanggup saya membantah" itu yang saya tangkap.

maka malam makin menyepikan kami, ketika ketukan presidium pertanda sebuah pengambilan keputusan, sosok akhwat di sebelah saya ini mencoba tegar. jauh lebih tegar. inilah yang namanya cinta. ia cinta pada kampusnya, ia cinta pada saudara-saudaranya, ia cinta umat, ia cinta dakwah ini, agama ini. menyadari itu, rasanyaaaaa. merinding. tak ada yang lain, selain saya bertepuk tangan dalam hati. subhanallah.

di sisi lain, sedikit saya simpulkan apa itu berlapang dada. pada awal berdirinya Islam di bumi ini, semua berawal dari berlapang dada. Nabi Adam, berlapang dada pada Rabb-nya ketika harus diturunkan ke bumi. Nabi Yusuf berlapang dada ketika harus menghadapi fitnah dunia. Rasulullah apalagi, berlapang dada dengan segenap ujian yang mengancam martabat, harta, dan nyawa-nya. bayangkan saja jika mereka tak mau berlapang dada. apa kita akan ada hari ini??? wallahu a'lam.

Maka benar saja, "hati... berdamailah dengan rasa" dan sebaliknya. tanpa legowo, lapang dada, husnudzon, tsiqoh dengan saudaranya.... mau dibawa kemana dakwah ini? semoga, tiap fase ikhlas dan sabar bukan menjadikan kita diam dan stagnan. TIDAK. ikhlas berarti meluruskan niat, mengembalikan semua hanya pada ALLAH, sebaik apapun bahkan seburuk apapun yang kita dapati. Sabar berarti menanti ketetapan ALLAH yang sebaik-baiknya ketetapan dengan diawali upaya sekuat-kuatnya, tanpa harus mengutuk siapa pun. termasuk orang-orang di sebelahmu :D

Saudaraku.... betapa indahnya musyawarah anggota GAMAIS kita,jika penghuninya penuh keikhlasan, kesabaran, saling pengertian dan menunjukkan kasih sayang. saling mendukung dan memperbaiki. bukan dengan cara kerdil seperti menghujat dengan media, protes belakang panggung, atau naik tikam dan marah tanpa arah. apalagi yang akan kita dapatkan kalau bukan: permusuhan. mari perbanyak dan perbanyak lagi istighfar. semoga Allah menurunkan pertolongannya untuk kita.













et musyang GAMAIS
Tag : refamorfosis
0 Komentar untuk "Kalian mengajarkan kami berlapang dada"

Back To Top