Syuting


Suatu sore terik di tepian pasar wage, purwokerto. lima bocah sok meringis terhadap seorang nenek penjaga warung. bukan berharap es nutrisarinya yang seger, karena kami telah membawa tas berupa balok berona abu-abu, isinya handycam pinjaman mas sidik (read: asisten). ingin mudik, masih TEKAD 2, libur woy libur... maka satu-satunya alasan kami bergegas hingga kecepatan 80 km/jam di sepanjang HR. Boenyamin-Ovis adalah: nilai praktikum KPP. ouch.

sampailah pada perhailatan utama kami pada tahun ketiga ini. penting atau tidak, ini jelas soal ni-lai yang notabene membuat para penduduk bangku kuliah ini gila jika tiba-tiba mendapat vitamin C di penghujungnya. jadi, bersahabat dengan ayam boiler tidak masalah bagi kami. langkah pertama sebelum menginjakan kaki di pasar wage adalah: nyasar. huks. okelah, saya anggap ini skenario terkonyol bagi mahasiswa Unsoed semester 6. selanjutnya kami harus memberhentikan motor kami tepat di depan tumpukan sampah hijau, bau, menjijikan (sangat). beberapa orang menyebutnya tembelek. tapi saya lebih senang memanggilnya 'yaks'. betul sekali, inilah tumpukan keranjang berisi sayap-sayap putih yang tak pernah dimandikan *hipotesa saya begitu*, berisik, dan yang paling membuat saya ingin pulang adalah Bau. huh, cukup dengan tiga huruf itu. "PUSAT SUPPLIER AYAM POTONG"

belum sampai pada episode permitatif, kami sudah 2x terdeportasi dari lahan parkir yang seiprit di depan kandang nista tadi.sambil lempar senyum depan belakang, saya menyetandarkan motor saya tepat di depan bangunan tanpa nama. dengan hebohnya, kami membuka paripurna di tepi jalan yang penuh angkot itu.layaknya sutradara profesional, saya menggelantungkan tas handycam tepat hingga di bawah pinggang. untuk menambah rating hidup saya yang keren ini, maka saya memutuskan mengikatkan slayer PMI biru nge-jreng di leher saya. meletakkan lima jari merapat di atas mata bak anak SMP sedang hormat di depan tiang bendera, kemudian menyapulah mata saya mulai dari ujung timur ke barat mencari lokasi syuting yang tepat dengan penampilan kami yang seikhlasnya ini *cling. ini sungguh menambah aksen ke-sutradaraan saya sore itu.  tak berapa lama ber-paripurna di tepi jalan, salah satu personil kami mencium bau 'yaks' tadi. dan agh, seperti telah menemukan lokasi syuting, dengan pasti kami melangkah ke tukang bakso dan menyelesaikan naskah karbitan. dan tahukah saudara? tiba-tiba seorang bapak berjenggot perawakan besar dengan melengking membahana: "oi... oi... (nyambi nunjuk nunjuk motor kami)" heheh... baiklah, untuk ke sekian kali kami dideportasi.

akhirnya kami insaf. masalah motor, biar kami serahkan tepat di depan warung makan yang dibersamai seorang nenek baik hati. akhirnya, kami melanjutkan paripurna bersama tiga mangkok bakso, 1 gelas es teh, dan dua mangkok es campur. "blablabla... blablabla... blablabla" selesailah naskah syuting bersama ayam. dengan baik hati, saya membuka tas handycam tadi. seakan-akan milik sendiri.. ehm. gaya riri riza sampe didi kempot sedikit saya praktikkan. "aduh, eh, nyalainnya yang mana ya? kok gak nyala? blablabla..." "masa baterenya abis?" "kalo baterenya abis mas sidik pasti ngasih charger" "ada tuh charger di dalem tas" T_T maka hancurlah berkeping-keping, meluluh lantah sejadi-jadinya. bisa-bisanya batere handycam habis? dan baru terdeteksi ketika kita telah sampai pada percaya diri tingkat monas!! andai pengambilan gambar bisa diganti pake tempe goreng. huks. 
Tag : Random
0 Komentar untuk "Syuting"

Back To Top