Oya,
besok (ternyata) UAS. dan bahkan, belum satu inchi pun judul materi kuliah yang
saya hafal. lagipula untuk apa menghafal. inilah salah satu tafsir three
idiots. bahwa, ilmu adalah dipahami bukan dihafal, diamalkan bukan dipajang.
atau ini hanya seutas alibi buat mahasiswa semester akhir seperti saya? -_-
Toh, kode mata kuliah-nya sudah kepala tiga, meminjam istilah bu diah:
"kepala tiga, artinya sudah tinggal mendalami" jauh di lubuk hati
saya bilang begitu. tapi, memang sejatinya dosis semangat untuk membuka-buka
handout satu pekan sebelum ujian: pucat pasi. itu gombal. bohong.
saya adalah, yang mendengarkan dengan
saksama hingga tak sadar teman sederet sudah memejamkan mata mereka,
menenggelamkan diri dalam imajinasi berjudul mimpi, meninggalkan saya dan
beberapa orang aneh di kelas untuk setia menengadahkan mata pada papan kapur
berdebu, kipas angin layu, tembok bermotif sepatu, bangku kayu yang beberapa
kaki-nya patah. membuat saya beristighfar berulang kali, sambil menarik nafas
dalam.membayangkan berada di atas getek di tengah danau maninjau pagi
hari.
saya adalah, yang mengopi semua perkataan dosen
beberapa jam barusan. kemudian mentranskripsikannya dalam bentuk-bentuk
imajiner. bentuk itu, akan saya bawa pada lepas kelas. parkiran, lapangan,
kantin, musola, laboratorium, pasar, jemuran, warteg, bahkan kamar mandi. mengapa
ageratum bisa tumbuh di jalan aspal? apa rasanya tanah di belakang sekre hima,
di lapangan depan kosan, di rerumputan depan bapendik? mengapa fotosintesis
harus terjadi dengan bantuan cahaya? freak, dan tampak dramatis kata teman
saya. tapi pak begananda menyebutnya dengan: intuisi. dan saya sangat
menyepakatinya.
saya adalah, yang berangkat ke perpus bukan untuk
belajar kelompok ketika H-7 Uas. apalagi menghabiskan waktu bergerombol dengan
teman senasib, untuk membabat soal bekas. Bukan juga browsing jurnal ilmiah di
kompi hitam yang loadingnya bikin hipertensi. saya hanya beberapa menit di
perpus ketika H-1 Uas, mencari buku yang nyaris sama judulnya dengan mata ujian
besok, dengan kalimat suci "bismillah" saya ambil dan mendaftarkannya
pada librarian di ujung pintu. ya, hanya itu. sisa waktu lainnya (buat saya),
adalah rapat, bikin konsep, kajian, aksi, liqo, silaturahim, nge-blog, dan banyak hal
lagi yang umumnya dijauhkan para aktivis moderen ketika H-1 Uas.
saya adalah, yang tidak sempat tertidur lelap apalagi
bermimpi punya jawaban Uas besok. malam hari adalah malam utama bagi seorang
saya untuk mendalami intuisi. memanen hasil diskusi saya dengan ageratum,
tanah, dan fotosintesis tadi. memanen intuisi untuk menerjemahkan handout yang
tanpa warna. bersama buku-buku yang beberapa menit saya ambil dari perpus tadi.
inilah mekanisme memahami bagi saya, bukan menghafal.
saya adalah, yang berjalan santai sambil
senyum-senyum hingga tiba di depan kelas. sholat malam, dhuha, senin-kamis, mereka meng-enrichment tingkat narsis saya hari itu. biarlah, biar pagi ini saya
narsis senarsisnya. bahwa saya bisa menuangkan intuisi yang lalu pada empat
halaman folio. dan memenangkannya. Jelas, saya hanya ingin membuktikan bahwa
tidak ada korelasi antara ujian akhir dengan liqo, rapat, aksi dan
kawan-kawannya tadi. Hoam.
saya adalah, yang saya pikir berbeda dengan yang lain. iya, karena
saya adalah, selalu spesial di tiap waktunya. maka, saya bangga dengan lebih
dari sekadar ber-akademis. karena saya yakin, cum laude adalah hadiah dari
Allah. ini masalah proses yang sedang dinilai, bukan proses baca handout trus
Uas. tapi, ini proses bermanfaat untuk ummat. untuk Islam. untuk Allah. sekali
lagi, cum laude adalah hadiah dari Allah :D
Selamat memperjuangkan hadiah dari Allah . . .
H-2 Uas, widya puri
Tag :
Kuliah
1 Komentar untuk "Pre-UAS"
oohh.. heemm #akumasihpunyakesempatan
makasih kaka ^o^