Ya, september.


*tariiiiiiiiiiiik* "lepaaaaaaaas" *tariiiiiiiiiiiiik* "lepaaaaaaaas". hhh, itulah nafas. berbeda dengan tertawa. kita butuh energi besar untuk melakukannya. yakni energi untuk memastikan ruh, jiwa, fisik, dan seluruh mekanisme dalam tubuh juga sepakat untuk tertawa. butuh 'sesuatu' untuk menimbulkan rasa lucu atau bahagia sebelum tertawa menjadi sungguh renyah. renyah seperti ukhuwah, atau seperti skripsi yang meng-haaaaargh-kan setiap malam. baiklah, kita abaikan skripsi dan kembali lagi pada "september".

September, bagi saya bukan sebuah kata yang biasa saja. karena tentulah, saya ini hidup di jaman penuh sensasi. jaman dimana bab Sholat mulai dikatakan sbagai kaku. jadi, sholat itu kaku. dan kaku itu sholat. kalo kamu sholat berarti kamu kaku. atau, ketika orang yang kesehariannya sholat 5 waktu, menggunakan hijab, tilawah, hafalan, rajin ke masjid, punya duit banyak karena rajin ng-infak, itu dibilang teroris. dan, ketika banyak bocah-bocah tawuran main lempar-lemparan batu kayak ngelempar jumrah (tapi lebih heroik,beuh!), sambil nyabet-nyabet gesper yang mereka pikir itu gesper terbuat dari plasmodium (?) justru dengan LEBAY membanggakan diri, dan publik? tidak mempermasalahkan. yah, pada jaman itulah saya hidup. it mean, banyak sekaaali masalah. MA-SA-LAH mulai dari paling sepele: ujian SIM yang melulu gagal karena calo sudah tak lagi beredar. lho? ini masalah kan? kan? kaaann?. hingga masalah medium seperti: bisa-bisanya saya berhadapan dengan jamur, bakteri, yang sepertinya sejauh ini, huh. sudahlah. hingga masalah kayak gini: jakarta, hari ini -akhirnya- memperoleh pimpinan baru yang kotak-kotak (?), yang tidak bisa dijamin punya umur kepemimpinan 5 tahun, yang sejauh ini memang tampak cerdas-wibawa-ramah-peduli, meski beberapa kali saya melihat ritual non-intelek seperti siram mobil pake air kembang, atau lebih bisa diprakirakan ini macam praktik kemusyrikan. oke, lepas dari kesubjektifan saya yang makin tidak profesional, kita lihat saja jakarta, satu, hingga lima tahun ke depan. apakah benar jakarta bebas banjir-macet-panas-kumuh-dan kemiskinan???

baiklah, kembali lagi pada september. dua bulan lagi, saya akan mengadakan hajatan setahun sekali yang telah saya lalui empat kali. yea, berarti sudah nyaris 4 tahun umur saya di kampus hijau ini. dan tak merasa ada hal revolusioner yang sukses dilakukan. "no matter fa, yang penting hidup lo ga kaya standing up comedy yang rata-rata cuma bisa bikin njlebb orang yang denger, minimal lo pernah dan masih deket sama Allah. ya gak?" iya, dan di akhir september tadi, saya baru menyadari betul bahwa saya telah memasuki oktober yang ke 20. penting atau tidak, begini, ternyata kita hanya akan move on setelah mampu mengalahkan diri sendiri. kalah dengan malas, kikir, takut, menunda pekerjaan, pelit, negatively, dll. coba camkan bait terakhir tulisan saya ini:
"melawan kantuk saja kalah, mau jihad fisabilillah??" - syaikh Ali Arrantisi-

sekian. terimakasih :-)













Gn, slamet, 1-10-12
Tag : refamorfosis
0 Komentar untuk "Ya, september."

Back To Top