Kita tak bisa hidup hanya dengan sastra...
kita tak bisa hidup hanya dengan hukum...
kita tak bisa hidup hanya dengan politik...
kita tak bisa hidup hanya dengan akuntansi...
kita tak bisa hidup hanya dengan teknik sipil atau arsitektur..
tapi mungkin, kita sempurna dengannya...
Saya suka bingung dengan orang-rang di penjuru negeri ini. Oh ya, izinkan saya perkenalkan diri sebelumnya, saya adalah mahasiswi Fakultas PERTANIAN Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. angkatan 2009. saya bangga karena saya adalah laskar petani muda. saya bangga karena saya adalah bagian dari perjuangan hidup yang sempurna itu. saya bangga karena saya adalah civitas akademika fakultas pertanian universitas jenderal soedirman. ditengah kebingungan saya terhadap orang-orang di negeri ini, yang selalu bertanya dengan nada miris, khawatir, merendahkan, atau bahkan jijik dengan fakultas pertanian. saya berasal dari ibukota, yang memang identik dengan modernitas, mekanisasi, industrialisasi, intelektualitas, dan kawan-kawannya. dan dari mulut-mulut di kota ini juga saya seringkali mendapat pertanyaan : "Kamu ini, jauh-jauh ke purwokerto kok ambil pertanian?? mau nyangkul apa?? hahaha..." yah! silahkan tertawa silahkan meledek sesuka anda sekalian. tapi tolong jawab pertanyaan saya ini. anda, jika anda seorang dokter, jika anda seorang dirut perusahaan, jika anda seorang pakar ekonomi, jika anda seorang artis, jika anda seorang presiden, dan bahkan jika anda seorang gelandangn, anda makan apa setiap hari?? makan stetoskop? makan handphone? makan uang kertas? atau makan jabatan dan kekuasaan?? jelas bukan.
Saya, kita semua, butuh sesuap nasi di tengah segudang kesibukan dan ego masing-masing. sesuap perjuangan dari pelataran sawah dan terik matahari.
sepintal keringat dari sesosok yang melekatkan caping di kepalanya.
seonggok letih yang tak berkesudahan di bawah egoisme "orang-orang atas" yang memperjuangkan industrialisasi, mekaniasai, modernisasi, di tengah kepayahan sektor vital: PERTANIAN.
Berapa banyak lahan yang makin dipersempit untuk kepentingan mesin-mesin industri yang tak henti-henti mengepulkan asap polusi.
berapa banyak "janji" pak pejabat yang dicekokan pada para pahlawan pangan untuk sebuah kesejahteraan, dari swasembada beras sampai swasembada daging, semua hanya mimpi, tak lekas menjadi nyata, diri sendiri saja yang diperkaya tapi urusan rakyat sejahtera, nanti-nanti saja.
berapa banyak orang yang mencetuskan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya? bahkan tongkat dan kayu jadi tanaman. tapi berapa banyak juga petani miskin dan rakyat nelangsa, kelaparan, kehausan, tewas mengenaskan di tengah pejabat yang makin kenyang dan bergelimangan harta.
berapa banyak ibu-ibu yang mengeluh canbai mahal, beras mahal, minyak goreng mahal, daging apalagi. kenapa semua bisa mahal padahal kita hidup di negeri yang kaya sumber daya alamnya, sampai-sampai 350 tahun belanda ingin menguasai kekayaan ini. apa kita ingin mengulang kebodohan yang sama?
berapa banyak petani yang alih fungsi dan ogah jadi petani, ogah menanam padi, ogah mengurusi ladang, ogah panas-panasan demi sekuintal beras. bagaimana? bagaiamana jika petani di Indonesia setahun saja cuti mengolah sawah-sawahnya. mau makan apa pak presiden? mau makan apa bu menteri? mau makan apa pak dokter? pak polisi?
ah.. banyak sekali problematika yang kian hari kian menggilas petani.
kawan, hidup ini saling menghargai. saling melengkapi. bukan mencaci dan memenangkan diri sendiri.
aku, kita ada karena kita sama-sama hidup bersama.
jika kita bisa menghargai batik nusantara sampai melindunginya dengan undang-undang, kenapa kita tak bisa menghargai perjuangan pak petani yang tiap hari kepanasan dengan tak membuang-buang makanan?
jika kita bisa menghargai presiden karena jabatannya yang setinggi langit, kenapa kita tak bisa hargai para petani karena jasanya yang jauh lebih tinggi dari langit?
jika kita bisa mengkonsumsi beras lokal hasil keringat petani sendiri kenapa kita harus bangga memasak beras hasil impor yang semakin memojokkan petani kita?

Hidup PERTANIAN INDONESIA!!
kita tak bisa hidup hanya dengan hukum...
kita tak bisa hidup hanya dengan politik...
kita tak bisa hidup hanya dengan akuntansi...
kita tak bisa hidup hanya dengan teknik sipil atau arsitektur..
tapi mungkin, kita sempurna dengannya...
Saya suka bingung dengan orang-rang di penjuru negeri ini. Oh ya, izinkan saya perkenalkan diri sebelumnya, saya adalah mahasiswi Fakultas PERTANIAN Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. angkatan 2009. saya bangga karena saya adalah laskar petani muda. saya bangga karena saya adalah bagian dari perjuangan hidup yang sempurna itu. saya bangga karena saya adalah civitas akademika fakultas pertanian universitas jenderal soedirman. ditengah kebingungan saya terhadap orang-orang di negeri ini, yang selalu bertanya dengan nada miris, khawatir, merendahkan, atau bahkan jijik dengan fakultas pertanian. saya berasal dari ibukota, yang memang identik dengan modernitas, mekanisasi, industrialisasi, intelektualitas, dan kawan-kawannya. dan dari mulut-mulut di kota ini juga saya seringkali mendapat pertanyaan : "Kamu ini, jauh-jauh ke purwokerto kok ambil pertanian?? mau nyangkul apa?? hahaha..." yah! silahkan tertawa silahkan meledek sesuka anda sekalian. tapi tolong jawab pertanyaan saya ini. anda, jika anda seorang dokter, jika anda seorang dirut perusahaan, jika anda seorang pakar ekonomi, jika anda seorang artis, jika anda seorang presiden, dan bahkan jika anda seorang gelandangn, anda makan apa setiap hari?? makan stetoskop? makan handphone? makan uang kertas? atau makan jabatan dan kekuasaan?? jelas bukan.
Saya, kita semua, butuh sesuap nasi di tengah segudang kesibukan dan ego masing-masing. sesuap perjuangan dari pelataran sawah dan terik matahari.
sepintal keringat dari sesosok yang melekatkan caping di kepalanya.
seonggok letih yang tak berkesudahan di bawah egoisme "orang-orang atas" yang memperjuangkan industrialisasi, mekaniasai, modernisasi, di tengah kepayahan sektor vital: PERTANIAN.
Berapa banyak lahan yang makin dipersempit untuk kepentingan mesin-mesin industri yang tak henti-henti mengepulkan asap polusi.
berapa banyak "janji" pak pejabat yang dicekokan pada para pahlawan pangan untuk sebuah kesejahteraan, dari swasembada beras sampai swasembada daging, semua hanya mimpi, tak lekas menjadi nyata, diri sendiri saja yang diperkaya tapi urusan rakyat sejahtera, nanti-nanti saja.
berapa banyak orang yang mencetuskan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya? bahkan tongkat dan kayu jadi tanaman. tapi berapa banyak juga petani miskin dan rakyat nelangsa, kelaparan, kehausan, tewas mengenaskan di tengah pejabat yang makin kenyang dan bergelimangan harta.
berapa banyak ibu-ibu yang mengeluh canbai mahal, beras mahal, minyak goreng mahal, daging apalagi. kenapa semua bisa mahal padahal kita hidup di negeri yang kaya sumber daya alamnya, sampai-sampai 350 tahun belanda ingin menguasai kekayaan ini. apa kita ingin mengulang kebodohan yang sama?
berapa banyak petani yang alih fungsi dan ogah jadi petani, ogah menanam padi, ogah mengurusi ladang, ogah panas-panasan demi sekuintal beras. bagaimana? bagaiamana jika petani di Indonesia setahun saja cuti mengolah sawah-sawahnya. mau makan apa pak presiden? mau makan apa bu menteri? mau makan apa pak dokter? pak polisi?
ah.. banyak sekali problematika yang kian hari kian menggilas petani.
kawan, hidup ini saling menghargai. saling melengkapi. bukan mencaci dan memenangkan diri sendiri.
aku, kita ada karena kita sama-sama hidup bersama.
jika kita bisa menghargai batik nusantara sampai melindunginya dengan undang-undang, kenapa kita tak bisa menghargai perjuangan pak petani yang tiap hari kepanasan dengan tak membuang-buang makanan?
jika kita bisa menghargai presiden karena jabatannya yang setinggi langit, kenapa kita tak bisa hargai para petani karena jasanya yang jauh lebih tinggi dari langit?
jika kita bisa mengkonsumsi beras lokal hasil keringat petani sendiri kenapa kita harus bangga memasak beras hasil impor yang semakin memojokkan petani kita?

Hidup PERTANIAN INDONESIA!!
Tag :
Inspiration
5 Komentar untuk "Pahlawan itu bernama Petani"
bagus tuh komentarnya
Semoga kelak kamu menjadi ahli pertanian yang selalu dekat dengan rakyat. Melakukan penelitian guna meningkatkan kualitas pangan dan kualitas hidup petaninya. semoga sukses.
sincerely,
gommu
setuuju bgt sama ini blog...
kreeeen!!
menarik tulisannya, fotonya juga bagus..
terimakasih..
sudah saatnya pertanian yg notabene sektor vital INDONESIA diperhatikan. apa mau menanti krisis pangan??